Baca Selengkapnya: Cara Membuat Marquee (Tulisan Berjalan) Pada Address Bar http://bisikan.com/cara-membuat-marquee-tulisan-berjalan-pada-address-bar#ixzz36o6dOwY5

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 28 Februari 2014

Sosiologi Auguste Comte

PELETAK FONDASI SOSIOLOGI
By: A. Bahrul Ulum

Penelusuran sejarah asal-usul atau perkembangan suatu bidang kajian ilmu atau cabangnya, biasanya akan terjebak pada pengambilan keputusan untuk menentukan siapa yang pertama kali membahas hal ini, dan pada akhirnya cenderung menonjolkan pelaku tertentu sebagai bapak pendiri dari suatu bentuk ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan proses yang cukup membahayakan.[1] Oleh sebab itu, untuk menghindari pengkultusan terhadap seorang tokoh saja, dan tokoh-tokoh yang lain tersembunyikan, maka akan lebih baiknya jika kita membahas banyak tokoh yang berjasa dalam membangun sebuah fondasi dalam ilmu sosiologi. Berikut beberapa tokoh yang dipandang berjasa dalam membangun fondasi ilmu sosiologi:
A.  Auguste Comte (1798-1857 M)
Auguste Comte lahir di Montpelier, Prancis, pada tanggal 19 Januari 1798. Beliau terlahir dari keluarga kelas menengah, ayahnya bekerja sebagai petugas resmi pengumpul pajak lokal. Auguste Comte adalah seorang mahasiswa yang cerdas, walaupun dia tidak pernah mendapatkan ijazah sarjana, karena ia dan seluruh mahasiswa seangkatannya dari Ecole Polytechnique (Nama Perguruan Tinggi) dikeluarkan, karena gagasan politik dan pembangkangan mereka.
Auguste Comte dikatakan cerdas karena dia memiliki ingatan yang sangat kuat, sehingga dia dapat menggambarkan seluruh buku yang telah ia baca (walaupun cuman satu kali) tanpa melihat catatan sedikitpun. Auguste Comte juga memiliki kekuatan konsentrasi yang sangat baik, dia bekerja sebagai asisten pengajar pada tahun 1832 di Ecole Polytechnique dan ia mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai penguji ujian masuk pada perguruan tinggi tersebut pada tahun 1837.
Auguste Comte memiliki dua karya besar yang melambungkan namanya, berikut penjelasan mengenai karya Comte:
1.    Dua jilid buku yang berjudul Cours de Philosophie Positive, jilid pertama terbit pada tahun 1830, dan jilid kedua terbit pada tahun 1842, pada buku tersebut dijelaskan oleh Comte bahwa sosiologi merupakan ilmu tertinggi.
2.    Empat jilid buku yang berjudul Systeme de Politique Positive, karya tersebut berisi  penawaran Comte mengenai rencana reorganisasi masyarakat, dan karya tersebut beliau selesaikan pada tahun 1851.
Auguste Comte mempercayai bahwasannya pada akhirnya nanti, dunia akan dipimpin oleh sosiolog-pendeta, dia berpendapat seperti itu karena dia juga sangat dipengaruhi oleh latar belakang kekatolikannya, yang pada akhirnya, Comte juga memiliki banyak penganut dari ajarannya di negara yang menjadi tempat kelahirannya yaitu Prancis, maupun Negara-negara lainnya. Auguste Comte meninggal pada tanggal 5 September 1857.
Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Ia berpendapat bahwasannya evolusi alamiah masyarakatlah yang akan menimbulkan perbaikan pada semua lini masyarakat, bukan dengan melakukan perubahan-perubahan revolusioner dengan menggunakan strategi reformasi sosial saja, karena menurut Comte reformasi social hanya berfungsi sebagai penunjang terhadap terjadinya perubahan sosial, inti kekuatan penggerak dari perubahan masyarakat tersebut adalah ada pada evolusi sosial.
Selanjutnya, untuk menunjang gagasan tersebut, Comte mencetuskan sebuah teori yang dinamai dengan teori evolusi social-Comte atau Hukum Tiga Tahap. Menurutnya, sepanjang sejarah hidup manusia, manusia hidup dengan melalui tiga tingkat perjalanan intelektualnya,[2] yaitu:
1.    Tahap Teologis, merupakan sebuah ciri dunia pada masa sebelum tahun 1300 M. Menurut Comte, ciri-ciri dari tahap ini adalah masyarak hidup dengan menitikberatkan idenya pada kepercayaan-kepercayaan bahwasannya kekuatan supranatural dan figur-figur religious (Tuhan) yang berwujud manusia, menjadi akar dari segalanya. Secara khusus, beliau mengatakan bahwasanya dunia social, dan dunia fisik merupakan dua hal yang diciptakan oleh Tuhan.
2.    Tahap Metafisis, yang kira-kira berlangsung antara tahun 1300 M -1800 M. Ciri-ciri dari tahap ini adalah, bahwasannya manusia hidup dengan menitikberatkan idenya pada kepercayaan-kepercayaan terhadap alam, bukan Tuhan. Tuhan tidak diyakni dapat menjelaskan segalanya, namun alamlah yang dapat menjelaskan segalanya oleh mayoritas manusia.
3.    Tahap Positivistik, yang baru dikenal oleh dunia pada tahun 1800 M – sampai saat ini. Ciri-ciri dari tahap ini adalah, bahwasannya manusia sudah tidak mencari sebab utama dari adanya alam semesta ini, tidak juga mencari siapa yang telah menciptakannya. Namun, manusia lebih memilih untuk meneliti dari alam itu sendiri, dan mengembangkan penemuan-penemuan dari penelitiannya, dengan tujuan untuk mempermudah proses perjalan kehidupan manusia.
Jadi, menurut Comte, jika masyarakat ingin merubah kondisi kehidupan mereka, maka masyarakat harus berjuang untuk melepaskan diri dari tahap intelektual Teologis dan Metafisis, menuju tahap intelektual baru, yaitu Positivistis. Karena menurut beliau, kekacauan intelektuallah yang menyebabkan kekacauan sosial. Jadi, proses awal dari perjuangan untuk mengatasi kekacauan sosial, adalah dengan merubah pandangan intelektual, kemudian baru manusia dapat menambahkan kekuatan-kekuatan lain seperti revolusi politik, dll, sebagai penunjangnya.[3]
Auguste Comte juga berpendapat bahwasannya ilmu sosiologi harus dibagun atas dasar observasi dan klasifikasi yang sistematis, bukan pada penguasaan yang spekulatif (untung-untungan).[4] Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana melakukan observasi yang baik?
Jika kita ingin mengetahui mengenai teknik dasar observasi ilmiah yang baik, maka kita harus mengetahui dahulu mengenai apa itu pengetahuan dan apa itu ilmu pengetahuan.
1.    Pengetahuan
Pengetahuan adalah semua yang diketahui.[5] Dan mengetahui adalah sebuah kondisi atau keadaan dimana benak (akal) kita ini dapat mengalirkan diskripsi-diskripsi tentang apapun, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan, namun juga dalam hal kehidupan.[6]
2.    Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didasarkan pada bukti yang dapat diuji, yang dimaksud dengan bukti adalah pengamatan factual yang dapat dilihat, ditimbang, dihitung, dan diperiksa ketelitiannya oleh para pengamat yang lainnya.
Metode observasi (pengamatan) ilmiah yang baik adalah:
a.   Merumuskan masalah (kita membutuhkan suatu masalah yang bermanfaat untuk diteliti dan yang dapat diselidiki melalui metode ilmiah).
b.  Meninjau kepustakaan (mensurvei sebagian ataupun semua (itu lebih baik) penelitian yang telah dilakukan mengenai masalah yang ingin anda teliti).
c. Merumuskan hipotesis (hipotesis bermakna dugaan sementara; pegangan dasar; dasar pendapat).
d.   Merencanakan desain penelitian (langkah 1) uraikanlah apa yang perlu ditelaah, 2) data apa yang perlu dicari, di mana, mengumpulkan, mengelolah, dan menganalisisnya).
e. Mengumpulkan data (proses pengumpulan data haruslah sistemimatis sesuai dengan perencanaan desain penelitian anda).
f.     Menganalisis data (objektifitas sangat berpengaruh penting dalam tahap ini).
g.  Menarik kesimpulan (apakah hipotesis awal dapat diterima atau ditolak? Apakah hasilnya tidak meyakinkan? Apakah penelitian tersebut menambah pengetahuan kita? Apakah ada nilai positif dari hasil implikasi (pelibatan) penelitian kita terhadap masyarakat? Adakah soal-soal ataupun saran-saran baru yang muncul dari penelitian ini untuk penelitian lebih lanjut? Usahakan soal-soal tersebut terjawab dalam menarik sebuah kesimpulan).
h.   Mengulang penelaahan (penemuan penelitian barulah kokoh jika telah melaui pengulangan berkali-kali, dengan sampel yang berbeda. Dan ada peneliti lain yang juga meneliti mengenai hal yang sama, dan ditemukan hasil yang sama antara dua peneliti atauapun banyak peneliti tersebut).
Kriteria observasi (pengamatan) ilmiah yang baik adalah:
a.  Observasi ilmiah haruslah cermat (dikatakan cermat apabila dalam mengambil bukti-bukti adalah sesuai adanya, dan tidak tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan dalam mengamati).
b.  Observasi ilmiah haruslah tepat (yang harus digaris bawahi mengenai ketepatan ini adalah dalam hal pemakain ukuran-ukuran, sasaran dalam mencari sebuah bukti, kesesuaian bukti dengan masalah-masalah yang sedang diobservasi, dan hindari penulisan laporan yang berlebihan, seperti sebuah karya sastra yang kebanyakan menggunakan bahasa yang mendayu-dayu).
c. Observasi ilmiah haruslah sistematis (secara bahasa sistematis bermakna teratur sesuai urut-urutan. Maksudnya bagaimana? Jika kita mau meneliti, hendaknya kan kita membuat program dahulu, dan program tersebut haruslah terorganisir dengan baik, dan dalam pelaksanaan program-program tersebutlah kita diharuskan untuk teratur).
d. Observasi ilmiah harus dicatat (terutama jika berhubungan dengan data, maupun pemrograman langkah-langkah kerja).
e.  Observasi ilmiah haruslah objektif (objektifitas dalam penelitian bermakna kesanggupan melihat dan menerima fakta sebagaimana adanya, bukan sebagaimana diharapkan terjadi. Objektifitas merupakan syarat terpenting dalam suatu penelitian. Ada 2 penyakit dari kekurangobjektifan manusia dalam meneliti sebagaimana dikatakan oleh Paul B.Harton dan Hunt sebagai penyakit kecenderungan. Dan kecenderungan itu disebabkan oleh kebiasaan. Dan penyakit persepsi selektif yaitu kecenderungan untuk hanya melihat, mendengar, maupun merasakan fakta yang menunjang keyakinan kita, dan mengabaikan yang lainnya. Solusi terbaik untuk melaksanakan tindakan-tindakan objektif dalam meneliti, bagi peneliti pemula adalah dengan memiliki partner-partner dalam meneliti).
f.  Observasi ilmiah dilakukan oleh para pengamat yang terlatih (pengamat dikatakan tidak terlatih jika dia tidak tanggap dalam menentukan langkah dalam pencarian, pengumpulan, maupun penyimpulan).
g. Observasi ilmiah haruslah dilaksanakan dibawah kondisi yang terkendali (pengendalian kondisi erat hubungannya dengan variable. Variable adalah sasuatu yang berubah-ubah dari kasus ke kasus. Kita bisa melakukan penelitian ilmiah jika kita dapat mengendalikan semua variable kecuali satu. Karena, perubahan dari satu variable itulah yang mempengaruhi kita dalam mengambil sebuah kesimpulan. Dan ketidak mampuan untuk mengendalikan semua variable merupakan sebuah kesalahan umum yang sering terjadi sehingga menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan penelitian. Contoh: kita meneliti kuaitas buah terhadap tanaman yang dipupuk. Maka kita harus menyamakan semua veriabel dulu, mulai dari kualitas tanah, tanaman, umur tanaman yang dibandingkan, lokasi penanaman (cahaya matahari, suhu, air, kelembaban), dll. Namun kita tidak perlu mengontrol variable dari pupuk. Karena gerak dari varibel pupuk itulah yang mempengaruhi pengambilan kesimpulan.
Kesimpulannya adalah, sumbangsih terbesar dari Comte terhadap sosiologi adalah pembangunannya terhadap sistem teoritisi baru yang sebelumnya telah digunakan oleh pendahulu-pendahulunya, salah satunya adalah gurunya yang bernama Claude Henri Saint-Simon (1760-1825), seabagai sistem teoritisi yang cukup untuk membangun awal sosiologi itu sendiri sebagai pengetahuan yang mandiri yang pada saat ini sangat dapat kita rasakan dampaknya bagi kehidupan manusia di bumi ini. Dan Comte juga pernah berpendapat bahwsannya “semesta social bertanggung jawab atas perkembangan hukum yang dapat diuji dengan pengumpulan data secara seksama,” dan “hukum-hukum abstrak (tak berwujud) ini akan merujuk pada unsur dasar dari generic semesta social tersebut dan akan memerlihatkan hubungan alamiah”.[7]


[1] Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 23.
[2] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 299.
[3] George Ritzer, dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul, Kreasi Wacana, 2011), hal. 17.
[4] Paul B. Horton, dan Chester L. Hunt, Sosiologi (Jakarta: Erlangga, 1993), hal 15.
[5] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu (Bandung: Rosda Karya, 2010), hal. 5.
[6] Abdurrahman bin Muhammad al-Akhdari, Sullamul Munauraq fii Ilmil Mantiqi, terj. M. Fadli Said an-Nadwi (Surabaya: Al-Hidayah, 2005), hal. 8.
[7] Ibid., George Ritzer, dan Douglas J. Goodman, George Ritzer, dan Douglas J. Goodman, , , hal. 17.

0 komentar:

Posting Komentar