Gugusan
Cahaya
£££
Inti dari kemerdekaan hidup ialah ketika kita dapat mencapai kecerdasan sudut
pandang, sehingga kita tidak terjebak oleh fitnah pandangan (A.B.U) £££
Sekitar
pukul 24.03, aku terbangun dari tidurku. Langit-langit kamar pesantren adalah
pemandangan pertama yang secara otomatis dapat aku amati. Putih tulang atau
kuning keputihan, entahlah apa namanya, karena aku tidak lagi dapat menyebutnya
dalam kondisi yang seperti itu. Udara pengap nan sdikit hangat, juga
menyelimutiku dalam tidurku yang telah usai. Mendekapku dengan tulus dalam tiap
malam-malamku, sehingga aku merasa nyaman karena telah terbiasa. Aku terbangun
karena ada suatu hal penting yang harus aku kerjakan. Kemudian, aku
membangunkan Sam Fikar.
“Kar,,,Kar,,,Tangio,,,Ayo
melok aku,,,” Sam Akbar membangunkan sam fikar dengan cara menarik-narik kaos
sam fikar.
Fikar
terbangun dan duduk bersila, namun dalam keadaan mata yang masih terpejam dia
berbicara dengan suara yang serak “Enten nopo Mas,,,dalu-dalu ngenten nangeni
kulo,,,” di akhir kata-kata yang dia ucapkan,,,Sam Fikar menguap,,,dan menutup
mulutnya dengan tangan.
“Hatiku
merasakan suatu perasaan yang tidak dapat aku ungkapkan, aku merasakan sesuatu
yang aneh, sehingga aku ingin sekali pergi ke suatu tempat, aku ingin
mengetahui hal-hal yang membuat diriku ditarik untuk menemuinya, apa yang dapat
aku lakukan untuk masyarakat yang ada di sana, mengapa Allah menggerakkanku
untuk dapat merasakan hal yang seperti ini?” Sam Akbar berbicara dengan
pandangan mata yang lurus ke depan,,,dia berbicara tanpa berkedip sama sekali
dan dengan nada yang konstan nan lirih,,,mungkin dia tidak ingin membuat semua
teman-temannya bangun karena apa yang dia lakukan.
“Pean
ingin pergi ke mana Sam? Kulo siap ngeteraken”
“Yowes,,,Teleponen
mas Ernes,,,bisa ta kita nyewa sepeda sekarang? Biasane kan mas Ernes begadang
lek bengi.
“Geh
Mas”
Selanjutnya,
sam Fikar segera mengambil Hpnya yang ia simpan di almarinya dan ia pun segera
keluar dari kamarnya untuk menelepon mas
Ernes, dan kabar baiknya adalah telepon sam Fikarpun langsung diterima
oleh mas Ernes dan sam Fikar dapat meminjam sepeda motor pada malam ini juga. Kemudian,
sam Fikar mengabari sam Akbar dan akhirnya mereka berdua keluar dari pondok
saat itu juga secara sembunyi-sembunyi dan mereka berangkt menuju rumah mas
Ernes. Harga sewa sepeda motor saat itu adalah enam puluh ribu rupiah per
harinya. Rumah mas Ernes tidak jauh dari pondok, sesampai di rumah mas Ernes,
Kartu tanda pelajar pun mereka berikan kepada mas Ernes sebagai jaminan. Sepeda
motor dan helm pun telah ada, dan sekarang di atas sepeda motor sam Fikar
menanyai sam Akbar.
“Bade
ten pundi kito niki Sam?”
“Tretes,
Eroh ta pean?”
“Tretes
Pandaan niku ta Sam?”
“Geh,,,”
Sam
Fikarpun langsung menyalakan motornya, dan merekapun berangkat menuju Tretes.
Ketika sam Akbar memiliki kehendak yang muncul dari dalam hatinya, maka
kehendak tersebut tidak akan dapat dihentikan oleh siapapun, kecuali memang
Allahlah yang meredamkan kehendak sam Akbar, karena sam Akbar melandaskan
geraknya bukan karena dirinya sendiri, melainkan hanya karena Allah semata.
Namun, hal itu tidak nampak pada perilaku kesehariannya, karena beliau memiliki
dua kepribadian, yaitu dirinya sebagai dirinya sendiri dan dirinya sebagai Abdullah.
Memang sangat sulit untuk membedakan antara sam Akbar sebagai sam Akbar, dengan
sam Akbar sebagai Abdullah. Namun, teman-teman dekatnya rata-rata telah
dapat membedakannya. Oleh sebab itulah sam Fikar selalu manut kepada sam Akbar
ketika sam Akbar bertugas sebagi Abdullah.
Di
tengah-tengah perjalanan mereka menuju Tretes, sam Fikar bertanya kepada sam
Akbar. Jalanan saat itu sangatlah sepi, sehingga mereka berdua dapat ngobrol
dengan enjoy di atas sepeda motor.
“Sam,,,kulo
angsal tanglet ta?” sam Fikar mengawali pembicaraan dengan bertanya kepada sam
Akbar.
“Geh
sam,,, tanglet nopo?”
“Nopo’o
jenengan kok pengen ten Tretes Sam?”
“Owalah,,,Aku
lagi bingung Sam,,,Negara kita ini kan dapat dikatakan sebagai Negara
religius,,,hal ini dapat kita amati dari adanya Pancasila sebagai ideologi
Negara kita. Kemudian, dalam sila pertama juga telah di gagas mengenai adanya
nilai Ketuhanan yang Maha Esa sebagai suatu nilai utama yang harus dimiliki
oleh seluruh rakyat Indonesia. Nah, oleh sebab itu, seharusnya dengan adanya
sila pertama ini, seluruh masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang
bertauhid karena Negara kita ini merupakan Negara yang menanamkan nilai tauhid
dalam ideologinya, sehingga otomatis dalam melakukan pembangunan sumber daya
masyarakatnya, pemerintah tidak akan mengasingkan materi tentang ketauhidan.
Namun, mengapa masih banyak masyarakat Indonesia yang saat ini belum mengenal
Tuhannya? Padahal materi ketauhidan juga telah di ajarkan di sekolah, tapi
mengapa selama ini, mereka banyak yang belum mengetahui terkait siapa yang
mereka sembah, sehingga hanya ritual gerak tanpa makna yang rata-rata mereka
kerjakan dalam rutinitas kesehariannya, mengapa hal ini terjadi? Gimana
menurutmu Sam?
“Em,,,menurut
kulo Sam, selama ini, dari pengalaman kulo sekolah, kito hanya di ajari
mengenai konsep tauhid saja Sam, tapi kita tidak di ajari bagaimana melampahe
orang yang bertauhid, kita law sekolah itu seakan-akan ingin di jadikan bank
teori oleh guru-guru kita Sam, kita selalu di suruh hafalan, dan diberi soal
yang berkaitan dengan masalah materi pembelajaran, tapi kito tidak diajari
terkait bagaimana cara memanfaatkan semua teori yang kita pelajari di sekolah
dalam realitas kehidupan sehari-hari Sam. Makanya kulo ge bingung lek pean
tanglet ngonten, soale kulo geh mboten ngertos terkait sinten Allah niku, ten
pundi panggenane, bagaimana Wujude, dan masih banyak hal sing mboten kulo
ketahui Sam, sing kulo ngertos geh namung sifat-sifate trus nama-namae lan
firmane,,,tapi kulo geh mboten ngertos, alasan terkait mengapa Allah punya nama
seperti itu, dan siapa yang menamakan, dan mengapa di namakan seperti itu? Salah satu contoh kebingungan
saya selama ini Sam, Allah niku gada sifat Wujud, bermakna Ada, tapi di mana
keberadaannya? Apakah Allah itu tinggal di Arsy? Jika Allah tinggal di Arsy,
mengapa Allah memerintah Rasulullah agar Rasul menyerukan kepada seluruh umat
Islam bahwasannya Allah itu dekat dengan seluruh umat manusia? Malahan lebih
dekat daripada urat nadinya sendiri. Terus, di mana Arsy itu Sam? Saya buanyak
memiliki pertanyaan-petanyaan yang saya sendiri belum mengetahui jawabannya.”
Ketika menyetir sambil berbicara, tanpa terasa kecepatan laju motor yang
dikendarai oleh Sam Fikar dan Sam Akbar semakin melambat, sehingga suasana
hening malam dapat mereka rasakan kenikmatannya. Desing bunyi kendaraan yang sedang
lalu lintas di jalan raya, juga menjadikan suasana malam ini semakin di kenang
oleh Sam Fikar.
“Owalah,,,,Hehehe,,,Brarti
keliru aku curhat nak awakmu mau Sam,,,bagaimana bisa orang bodoh sembuh dari
penyakit kebodohannya jika dia curhat kepada sesama orang bodoh? Hehehe” Sam
Akbar mengakhiri bicaranya sambil tertawa dengan terbahak-bahak.
Sam
Fikarpun juga ikut tertawa, tapi tiba-tiba sam Fikar diam, dan dia bertanya
lagi kepada Sam Akbar “Lo,,terus nopo hubungane Sam antara Tauhid, Negara kale
Tretes? Mengapa pean Ingin Pergi ke sana? Nyuwun petunjuk supados ati kulo
manteb Sam, hehehe”
“Engkok
tak jawab lek wis sampai ae yo Sam,,,iki jik totok mojokerto, jik adoh teko
Tretes,,awakmu fokuso nyetir disek ae yo,,,oke a?”
“Siap
Sam, Ladub Kot”
Kemudian,
sam Fikar hanya fokus dalam menyetir, dia tidak bertanya lagi kepada sam Akbar
terkait hal apapun, laju 100-120 km/jam pun menjadi kecepatan rata-rata sam
Fikar dalam berkendara, dinginpun tak beliau rasakan, begitupun dengan dayuan
angin malam yang selalu berhembus menuju arah yang berlawanan dengannya. Saat
itu, dalam hatinya hanya tersimpan satu cita, yaitu aku ingin sampai di Tretes
secepat mungkin dan itulah cita-citaku saat ini.
Sekitar
pukul 04.10 pagi,,,sam Akbar dan sam Fikar telah sampai di masjid Ceng-Ho
Pasuruan, kala itu,,,suasana jalan raya sudah agak ramai, banyak orang-orang
yang baru berangkat maupun pulang dari pasar, karena posisi masjid Ceng-Ho
terletak di dekat pasar tradisional, kemudian juga terdengar suara lantunan
ayat suci al-Qur’an yang dibunyikan lewat pengeras suara masjid-masjid yang ada
di daerah situ, dan sam Akbarpun bertanya kepada sam Fikar.
“Sam,,,nyantai
aja sepeda ane,,,maringene pun nyampai kok,,,”
“Geh
Sam,,,” sam Fikarpun langsung menjawab pertanyaan dari sam Akbar.
“Ow
yo sam,,,kira-kira jam segini ini,,,apa mayoritas aktifitas penduduk Tretes
sam?” sam Akbar bertanya kepada sam Fikar.
“Pastine
kulo mboten ngertos sam,,tapi kinten-kinten geh kata tiang sing berangkat ten
pasar maupun ten masjid, hehehehe”
“Hehehe,,,karena
pean dereng ngertos,,,mangke terkait hal apapun yang saya lakukan,,,pean pun
tanglet riyen ge,,,nanti tak jelaskan ketika pulang”
“Siap
Mas,,,tapi secara pastinya, ten pundi tujuan kita ini sam? Kan niki pun nyampai
Tretes?”
“Cukup
pean ngikuti jalan aja sam,,,nanti lak datang sang penunjuk arah,,wis sak iki sing
penting pean fokus nyetir ae,,,tapi ojok banter-banter”
Walaupun
sam Fikar menjawab dawuhan dari sam Akbar dengan kata siap,,,tapi dalam
pikirannya muncul berbagai macam pertanyaan. Namun, sam Fikar tidak dapat
menebak terkait hal apa yang akan di lakukan sam Akbar, karena tujuan dari
perjalanan ini saja sam fikar tidak tau. Akan tetapi, tiba-tiba sam Fikar
melihat banyak tukang ojek di samping jalan, kemudian ada seorang tukang ojek
yang menyalakan sepedanya dan mengikuti sam Fikar dan tukang ojek tersebutpun
bertanya kepada sam Fikar.
“Golek
kamar ta dik???”
Sam
Fikar belum menjawab, akan tetapi sam Akbar langsung menjawab pertanyaan si
tukang ojek tersebut “Ya pak,,,berapa harganya?”
“Moleh
jam piro?” Si tukang ojek kembali bertanya.
“Jam
10 an pak,,,Piro pak?”
“Wis
gae sampean, tak kei fasilitas sing apik, kamar mandi dalam, onok TV ne,
ruangane yo gede, bersih, wangi, 65.000 ae,,,ayo delok en sik,,,engkok lek gak
sido yo gak popo,,,yok opo?” Si tukang ojek berbicara dengan sangat fasih
sekan-akan dia telah hafal dengan rangkaian kata yang akan dia ucapkan.
“Oke
pak”
Kemudian si tukang ojek langsung memicu
kecepatan laju motornya dan dia melaju di depan motor sam Akbar dan sam Fikar,
sesembari sedikit-sedikit dia menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan sam
Akbar dan sam Fikar. Tak lama kemudian mereka sampai di tempat yang di maksut,
tempat ini sangat sepi namun sangat banyak motor yang di parkir, dalam benak
sam Fikar dia bertanya-tanya, tempat untuk apa ini? Sedang ada kegiatan apa ya
di sini? Kok banyak sepeda motor di sini dan dari plat nomornya saya yakin law motor-motor
ini rata-rata dari daerah yang berbeda-beda,
Malang, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Surabaya, Em,,,,dadi bingung. Sam
Fikar terdiam dengan posisi berdiri di tempat parker agak lama, kemudian sam
Akbar memanggilnya, dan mereka berdua mengamati kamar yang di tunjukkan oleh
tukang ojek tersebut.
“Iki
loh mas,,,kamare,,,apik yo,,,gede,,,bersih,,,engkok lek pengen ngopi opo
ngeteh,,,pean gawe dewe,,,banyu panas, kopi, gulo, karo tehe wis tersedia nang
mejo kunu,,,gratis,,,piye? Dil? Peyan melbu-melbu disek gk popo,,,bek pengen
ngecek-ngecek kamar mandi,,,” Si tukang ojek berbicara dengan sangat sopan.
“Yok
po Kar?” Sam Akbar bertanya kepada sam Fikar.
“Kulo
manut sam,,,,”
“Ya
pak,,,kita istirahat ndek kene,,,”
“Oke
mas,,,Pelunasan biayane sak niki mas,,,kale nyuwun KTP ne,,,damel laporan”
“Lo,,,Laporan
apa pak? Kulo dereng gada KTP,,,Pripun? Kulo gade Kartu Pelajar pak,,,”
“Owalah,,,ya
gpp mas,,,Karrtu Pelajar ae,,,nang kene iki mas kan gelek di gae arek-arek enom
nginep karo pacare,,,dadi,,,cek aman,,,gak di grebek pak polisi,,,pemilik
vila-vila nang kene iki gawe kesepakatan mas karo pihak kepolisian,,,lek onok
arek nyewo kamar,,,kene kudu laporan pihak kepolisian setempat,,,lan bayar 10
ribu,,,per kamare,,,istilahe,,,uang keamanan mas,,,,”
“Owalah,,,ngonten
ta pak,,,pantesan,,,nang kene akeh sepeda motor parkir pak,,,tapi suasanane
sepi banget,,,aku paham sak niki” Fikar menyahut.
Kemudian
sam Akbar membayar uang sewa kamar tersebut dan memberikan Kartu Pelajarnya,,,ketika
sam Akbar membuka dompet,,,terlihat uangnya sangat banyak…terlihat seluruh
uangnya berupa uang 100 ribuan. Kemudian pak ojek tersebut menerima uang dari
sam Akbar beserta kartu pelajarnya dan pergi menuju ke dalam office. Tak lama
kemudian, pak ojek kembali datang ke kamar sam Akbar untuk memberikan teremos
yang telah berisi air panas dan uang kembalian sam Akbar.
“Mas,,,,niki
uang kembaliane,,,Kartu Pelajar pean ada di office, nanti lek mau pulang,,,baru
bisa di ambil”
“Geh
pak,,,matur suwun”
“Sami-sami
mas,,,oh geh mas,,,kok jaler-jaleran ngonten,,,mboten pengen pesen cewek ta
mas?”
Hehehe
“Hem,,,,saget pesen cewek pisan ta pak ten mriki?”
Sam
Fikar menunjukkan ekspresi terkejut,,,dalam hatinya,,,dia ingin berkata kepada
sam Akbar,,,agar tidak usa memesan cewek,,,dia takut terjerumus dalam dosa
zina,,,dan dia takut terkena penyakit HIV & AIDS.
Bapak
ojek menjawab “Saget mas,,,ten meriki niki pun enten prostitusi sejak zaman
penjajahan,,,ten meriki prostitusi niku berjalan sangat terorganisir,,,pean
pengen cewek umur pinten mawon enten,,,sing prawan pun geh enten,,,tapi wawis
mas lek prawan…terus geh aman dugi penyakit, lan regine pun bertahap
mas,,,nyesuaiaken kale kecantikan lan pelayanane mas,,,pripin? Ketimbang pean
istirahat mawon ten mriki,,,mendingan istirahat ples-ples mas”
Sam
Akbar bertanya “Pinten pak regine? Saget ningali barange ta?”
“350
ribu mas per tiga jam,,,niku pun sak laporane,,,aman dugi gerebekan
polisi,,,,lek pean pengen ngertos barange,,,kulo teraken ningali-ningali
rumiyen,,,engken lek mboten sios geh mboten nopo-nopo,,,pripun?”
“Geh
Pak,,,Kar,,,Pean enteni kene ae yo,,,pean turuo sik gak popo,,,”
Dengan
berat hati sam Fikar menjawab “Geh mas”, batin sam Fikar bergejolak, dia takut
terjerumus pada prilaku yang berdosa besar, dalam hati dia berdo’a “Ya
Allah,,,Lindungi hambamu ini dari hasutan hawa nafsu kami,,,hanya pada-Mu hamba
memohon,,,dan lindungilah sam Akbar dari orang-orang yang dzalim”.
Kemudian
pak ojek langsung mengambil motornya,,,dan sam Akbarpun dibonceng olehnya
menuju tempat prostitusi yang berada di dekat hotel surya, kemudian sesampai di
tempat tersebut sam Akbar langsung diajak untuk masuk ke dalam suatu
rumah,,,namun rumah tersebut sangat sepi,,,ternyata germonya masih tidur,,,dan
para PSKnya masih pada mandi,,,setelah dibangunkan sama pak ojek akhirnya sang
germo pun bangun,,,
“Onok
pelanggan” pak ojeknya berbicara dengan si germo
“Oh,,,,Sini
mas,,,masuk mas,,,jangan malu-malu,,,anak-anak masih pada mandi
mas,,,maklum,,,tadi malam habis melayani pelanggan mas,,,tunggu dulu ya,,,” Si
germo berbicara sambil menarik baju sam Akbar,,,dan mengajaknya duduk berdua.
Sam
Akbar menjawab “Iya buk,,,Lama ta buk mandinya?”
“Lo,,,anak-anak
sini lama-lama mas mandinya,,,biar bersih,,,biar sip,,,manteb,,,and gk legit
gitu memeknya mas,,,,”
Sam
Akbar bingung,,,dan kebingungan tersebut sangat terlihat dari ekspresi
wajahnya,,,dia bertanya-tanya sendiri,,,apa memek itu ya??? Namun, sam Akbar
tidak mengungkapkannya pada germonya,,,dia memilih untuk diam.
“Lo,,,di
ajak ngobrol kok diam aja mas,,,,masih unyuk-unyuk,,,ganteng lagi,,,” si germo
bicara sambil pegang-pegng janggut sam Akbar,,, “Suka yang lebih gede,,,apa
yang seumuran,,,apa yang lebih kecil mas???”
“Apanya
buk???”
“Yah
itu,,,anak-anak ibuk,,,nanti tak panggilkan,,pean bisa milih nanti,,,servicnya
oke,,,gak rewel anak-anaknya ibuk itu,,,tak jamin puas,,,and bakal main ke sini
lagi,,,hehehe”
“Saya
pengen yang paling muda buk,,,ada ta? Umur berapa buk adanya?”
“Em,,,Pengen
yang paling muda to,,,pasti ada lah sayang,,,ada yang umur 15 sama 18,,,mau yang mana? Em,,,gini aja, anak-anak
kan belum selesai mandinya,,,liat aja langsung,,,ayo liat mereka yang lagi
mandi,,,pasti seru,,,,ayo,,,” Ibuk germo berbicara sambil berdiri dan menarik
tangan sam Akbar.
“Ndak
usa buk,,,saya uda menentukan pilihan,,,yang umur 15 aja,,,ndak usa di
liat,,,sya percaya kok sama ibuk,,,”
“Hem,,,masih
malu-malu to,,,ketahuan,,,masih pertama ini ya,,,,ih,,,emang rizkinya
Lyla,,,dapat melayani jaka,,,hem,,,gemes,,,”
“Ini
buk,,,saya bayar,,,” Sam Akbar langsung mengeluarkan uang dari dompetnya.
“Hem,,,pas
ya mas,,,350,,,,jangan bosen ya main ke sini,,,,hehehe,,,silahkan,,,tunggu di
kamar aja,,,nanti pak Yanto yang ngantar dik Lylanya ke kamarnya emas,,,,”
“Oke,,,makasih
buk,,,” Sam Akbar langsung keluar dari rumah tersebut,,,dan mengajak pak ojek
tersebut yang ternyata namanya adalah pak Yanto,,, “Ayo pak,,,Antarkan saya
balik ke kamar”
“Oke
mas,,,berangkat,,,ndak mau pesen Bir atau SS ta mas? Biar kuat mainnya,,,hehe”
“Apa
SS itu pak?”
“Sabu
mas,,,masak gk tau se,,,”
“Waduch,,,ndak
pak,,,maaf pak,,,saya hanya perokok saja,,,dan sya juga ndak pgen nyicipi
barang kayak gitu,,,”
“Oke
lah mas”
Kemudian,
pak Yanto langsung mengambil sepedanya dan mengantarkan sam Akbar kembali ke
vila. Sinar mentaripun mulai terlihat,,,suasana dinginpun mulai menyayup dan
jalananpun mulai ramai, para orang tua banyak yang mengantarkan anaknya pergi
ke sekolah, dan sesampai di vila, pak yanto langsung putar balik untuk
menjemput Lyla, sementara sam Akbar berjalan menuju kamarnya, terlihat sam
Fikar telah terlelap lenyap dalam tidurnya dan sam Akbar duduk di
sampingnya,,,sambil menungu Lyla datang dia duduk dan memejamkan matanya,
kemudian dia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengampuni dosa-dosanya,
dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa dosanya untuk yang akan datang.
Aku berangan dapat menunjukkan pada kalian mengenai
cahaya
Namun, terjerat pada keterbatasan kosa kata aku
terperangkap
Mestinya, kesederhanaan mengenai pemahaman ini yang
harus aku temukan
Jawabnya, ada pada diri kalianlah kunci jawaban dari
tiap persoalan
Renungkanlah
Gugusan
Cahaya
£££
Segala kebenaran maunya diketahui dan dinyatakan, dan juga dibenarkan. Namun,
kebenaran itu sendiri tidak memerlukan hal tersebut karena dialah yang
menunjukkan apa yang diakui benar dan harus berlaku (Paul Natrop) £££
Hening
suasana kamar terasa, kesunyian telah menyelimuti tempat yang nista, namun
kenistaan tersebutlah yang menjadikan tempat ini begitu istimewa. Seiring
bergeraknya waktu yang terus melaju, semakin dapat ku rasakan detik-detik
menjelang kehadirannya, seorang yang nantinya dapat memperbaiki ini semua,
seseorang yang dilahirkan untuk menjadi pendampingku, manifestasi dari jubah
keagunganku, dan aku akan selalu berdo’a untuk kebaikannya. Ya Allah
Rabbil’alamin, jernihkan hatinya, sinari pikirannya dan tuntunlah dia agar
dapat menemukan kesejatian dalam dirinya. Sembari menunggu Lyla datang, aku
membangunkan Fikar.
0 komentar:
Posting Komentar