TIPOLOGI
KARAKTER MAHASISWA
By: A. Bahrul Ulum (17 September
2014)
Pengetahuan baru akan bermanfaat setelah dipraktikkan.
Berawal dari kemauan impersonal (tekad yang kuat), untuk secara konsisten
membentengi diri dari nafsu angkara. (A.B.U)
Pagi itu tanggal
28 Agustus 2014, kurang lebihnya sekitar 1800 Mahasiswa/i baru UIN Sunan Ampel
Surabaya mengikuti upacara pembukaan OSCAR Dema UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata
OSCAR merupakan sebuah rangkaian singkat dari beberapa kata, yaitu O =
Orientasi, S = Study, C = Cinta, A = Akademik, dan R = almamateR. Tujuan
dilaksanakannya kegiatan OSCAR UIN Sunan Ampel Surabaya di antaranya adalah:
1.
Agar Mahasiswa/i baru UIN Sunan Ampel Surabaya mengetahui
dari segala sudut pandang mengenai identitas perguruan tinggi yang menjadi
tempat mereka belajar dan mengabdi.
2.
Agar Mahasiswa/i baru UIN Sunan Ampel Surabaya
mengetahui budaya proses belajar mengajar di UIN Sunan Ampel Surabaya.
3.
Agar Mahasiswa/i baru UIN Sunan Ampel Surabaya
memiliki karakter yang baik, tangguh, dan berani.
Namun, ada yang
menarik jika kita mengamati proses pelaksanaan OSCAR di UIN Sunan Ampel
Surabaya, diantaranya hal yang menarik untuk kita amati adalah budaya adanya
peraturan keharusan bagi mahasiswa/i baru untuk menggunaan atribut unik sesuai
intruksi dari setiap pengurus DEMA Fakultas masing-masing. Namun, sebuah
pertanyaan yang selalu menghantui pikiran saya adalah mengapa dan untuk apa
adanya peraturan tersebut? apa falsafah nilai yang terkandung di dalamnya?
Adakah hubungannya dengan proses pendidikan karakter bagi mahasiswa/i baru?
Seringkali kami
menyamar sebagai mahasiswa/i baru dan menyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut
kepada panitia OSCAR, namun banyak juga panitia yang belum dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sehingga pikiran nakal kami menyimpulkan, jika
panitia saja banyak yang belum mengetahui, apalagi peserta nantinya.
Berarti OSCAR bukan lagi menjadi ajang Study, akan tetapi kemungkinan
besarnya adalah kegiatan OSCAR telah menjadi ajang tebar eksistensi panitia ataupun
juga bisa menjadi ajang balas dendam antara panitia kepada pesertanya.
Oleh sebab itu,
kita sebagai mahasiswa/i yang secara otomatis menyandang gelar agent of
change and agent of social control (walaupun hal tersebut bersifat
aklamatif) diharapkan dapat benar-benar mengontrol setiap budaya negative
yang berkembang di masyarakat dimulai dari dapatnya diri kita mengontrol setiap
budaya negative yang berkembang di perguruan tinggi tempat dimana kita belajar
dan mengabdi.
Mengapa kita
sebagai mahasiswa/i dituntut aktif mewujudkan gerakan-gerakan baru yang
berorientasi kepada hal-hal yang positive? Dikarenakan kita sebagai mahasiswa/i
telah terikat dengan dharma perguruan tinggi yang termaktub di dalam tri
dharma perguruan tinggi, yaitu:
1.
Pendidikan,
2.
Penelitian dan pengembangan, dan
3.
Pengabdian Masyarakat.
Sehingga, sudah
menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa/i untuk menjadi pelopor
perubahan-perubahan positive baru yang ada di masyarakat Indonesia
khususnya, dan seluruh warga dunia ini umumnya.
Kalau kita
memang benar-benar dituntut untuk mewujudkan gerakan-gerakan perubahan, bagaimana
baiknya cara kita sebagai mahasiswa/i dalam belajar? Menurut Peter Honey dan
Alan Mumford setelah mereka mempelajari teori Kolb, tipologi karakter mahasiswa/i
dalam belajar dibedakan menjadi empat macam tipe, yaitu:
1.
Mahasiswa/i tipe Aktifis
Mahasiswa/i tipe Aktifis
adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru. Mereka
cenderung berpikiran terbuka, dan mudah di ajak berdialog. Namun, mahasiswa/i semacam
ini biasanya kurang skeptis (bersikap ragu-ragu) terhadap sesuatu. Dampak dari
kurang memilikinya sikap skeptis tersebut menjadikan para aktifis mudah untuk
percaya terhadap orang lain sehingga mudah untuk diatur dan dijadikan boneka
hidup.
2.
Mahasiswa/i tipe Reflektor
Ciri-ciri mahasiswa/i tipe
Reflektor ini diantaranya adalah cenderung sangat berhati-hati dalam mengambil
keputusan. Kemudian mahasiswa/i ini cenderung konservatif[1] dalam arti mereka lebih
suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya suatu keputusan.
3.
Mahasiswa/i tipe Teoris
Mahasiswa/i tipe Teoris
biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat
ataupun penilaian yang bersifat subjektif. Bagi mereka, berpikir secara
rasional adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat
skeptis, dan kurang menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
4.
Mahasiswa/i tipe Pragmatis
Mahasiswa/i tipe Pragmatis menaruh perhatian besar
pada aspek-aspek praktis dari berbagai hal. teori memang penting, namun jika
tidak dapat dipraktekkan, untuk apa? Mereka tidak mau ribet dengan membahas
aspek teoritis filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan
ada gunanya dan baik jika bisa dipraktekkan dan diambil manfaatnya untuk diri
mereka sendiri.
Jika kita
berrefleksi terhadap diri kita sendiri, jika kita analisa diri kita dengan
memakai pendekatan dari Honey dan Mumford, tergolong pada tipe apakah diri kita?
Tergolong pada tipe apapun diri kita, bukanlah diri kitalah yang dapat
menilainya. Namun, masyarakatlah nantinya yang akan menilai, dikarenakan kurang
bijaksana jika kita menilai diri kita sendiri dan menggembor-gemborkannya kepada
semua orang.
Dan satu hal
lagi yang sangat penting untuk kita kaji, jangan sampai kita menjadi mahasiswa/i
dengan tipe ke lima dengan memakai sudut pandang penulis, yaitu mahasiswa/i Pasifis.
Mahasiswa/i Pasifis adalah mahasiswa/i yang sangat neriman, mereka tidak
memiliki semangat dalam belajar, dan juga tidak aktif dalam kegiatan apapun.
Kebanyakan, mahasiswa/i tipe Pasifis adalah mereka-mereka yang tersesat dalam
memilih perguruan tinggi sebagai tempat mereka belajar, sedangkan kempetensi
yang mereka miliki sangtlah tidak sesuai dengan pelajaran-pelajaran yang akan
mereka pelajari, sehingga mereka mengalami kegalauan intelektual akut yang
berdampak pada penyakit serious depression. Bagaimana cara mengatasi
penyakit tersebut??? Hehe,,,renungkanlah!!!
[1]
Dalam KBBI, Konservatif bermakna 1. Kolot, 2. Mempertahankan keadaan,
kebiasaan, dan tradisi yang berlaku.
0 komentar:
Posting Komentar