Akar
Jati
Nama Allah Sajak
Pembukanya
Dengan Allah Aksiden Geraknya
Dari Allah Curah Energi
Prilakunya
Kembali Pada Allah
Muara Tujuannya
Dalam Wujud Allah Kita
Adanya
Yaqin
Allah, Pusaka Pawangnya
Manut
Allah, Pondasi Penyangganya
Bersama
Allah, Sumber Ahwal Ibadahnya
Nafsu
Kully, Shirathal Mustaqimnya
Hidup Adalah
Pengembaraan Cinta
Mencari Makna Dalam
Dialektika-Nya
Antara Ada Ataukah
Tiada
Insan Kamil Wujud
Sejati kita
Iradat-Mu Nama Bandaranya
Istighfar
Pada-Mu Lawan Syahwatnya
Puji
Agung-Mu Tasbih Matanya
Puji
Kesucian-Mu Dzikir Bibirnya
Assalamualaikum Untuk
Saudaranya
Melodi Asma-Mu
Terdengar Telinganya
Taat Ibadah Gerak
Abdinya
Wallahu A’lam Nama
Rantaunya
Tunduk
Kepala Simbol Kerendahannya
Sayang
Semua Makhluq Motto Hidupnya
Qudrat
Allah Nama Labuhannya
Surga
Jannat An-Na’im Tempat Tinggalnya
Keindahan
Neraka
£££
Manusia
Ada, Apakah Keberadaannya Berawal Dari Ada Atau Tiada (A.B.U) £££
Alim,
suatu nama yang sedikit terdengar tidak asing ditelinga kita, dan mungkin sebuah
nama yang memang sangat unik jika kita pahami falsafah nilainya. Pada pukul
03.00 pagi, Alim terbangun dari nyenyak tidurnya. Sayup mata mulai pudar,
terasa sunyinya malam sangat bersahabat dengan alunan melodi suara teman-teman
kecil dari taman depan rumahnya. Dia adalah putra pertama yang lahir di sebuah
keluarga yang bisa dikatakan besar, ayahnya bernama Muhammad dan ibunya bernama
Asia, dia memiliki dua orang adik yang bernama ‘Ain dan Ihsan. Pada malam ini,
dia masih berumur 18 tahun, tiada yang istemewa dalam proses perjalanan kehidupan
keluarganya pada masa itu. Ayahnya seorang pedagang, dan ibunya hanya
beraktivitas sebagai ibu rumah tangga secara normal saja. Namun, ibunya selalu
menanyakan beberapa pertanyaan semenjak Alim kecil, “Lim,,,,Mengapa kamu dihidupkan?
Apa tujuan kamu hidup nak? Dan untuk apa kamu hidup?”
Awalnya,
Alim berfikir bahwa pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sederhana, dan
dia dapat menjawabnya dengan jawaban yang sederhana pula. Namun, malam itu Alim
terbangun dengan membawa sebuah kesadaran baru berupa sebuah pemahaman yang Alim
sendiri kurang mengerti, berasal dari manakah pemahaman tersebut. Pada
pertanyaan pertama, Alim menyadari bahwa yang menjadi Subjek dalam pertanyaan
tersebut adalah bukan dirinya, ataupun mahluk-mahluk disekitarnya, namun sesuai
dengan keyakinan yang ditanamkan padanya secara fundamental sejak kecil, bahwa
yang menjadi subjek pada pertanyaan pertama adalah sebuah objek yang memiliki
otoritas terhadap dirinya yang berada diluar dimensi yang dia kenal saat ini,
dan objek tersebut adalah Tuhan. Kemudian muncul pertanyaan dalam hati Alim,
bagaimana saya bisa mengetahui apa tujuan Tuhan menghidupkan saya jika saya
tidak dapat mengenal Tuhan? Apakah makhluq dapat berkenalan dengan khaliq?
Apakah saya dapat mengenal Tuhan saya? Bagaimanakah caranya?
Kegundahan
dan keraguan mulai menyelimuti hatinya, bagai kabut pagi yang sejuk yang
menjadi penyambut sinar fajar yang merona dalam suasana desa, gelora api
semangat rasa keingintahuan merasuk kedalam setiap butir sel yang ada pada
tubuhnya. Namun, sekejap dilema yang dialami Alim, dan tidak sampai
menghanyutkanya pada arus gelombang surut yang tak bertepi. Akan tetapi, yang
terjadi malah sebaliknya, Alim segera sigap dan sadar akan adanya pertanyaan ke
dua. Apa tujuan kamu hidup? Alim memahami bahwa yang menjadi objek pertanyaan
ini adalah dirinya sendiri, sehingga pada akhirnya, pada saat itu juga Alim menetapkan
tujuan dalam hidupnya, bahwa dia akan menjadi seorang pencari akar dari pohon
jati kehidupan, yang akan dilaluinya melalui proses pencarian jawaban serta
kebenaran terhadap berbagi soal-soal kehidupan yang ia temui.
Tekadnya
sudah bulat, gelora semangat membakar jiwa, dan ia akan segera memulai
pengembaraanya sendiri, memulai hidupnya, hidup yang sebenarnya hidup, bukan
hidup di dalam sebuah drama kebiasaan hidup yang monoton, di dalam sebuah alam
kehidupan ketidaksadaran yang sadar, sehingga muncul sebuah kerumitan dalam
proses pemetaan antara mana manusia yang hidup dan mana manusia yang tidak
hidup, dalam sebuah penilaian yang ideal. Namun, sebelum Alim memulai
pengembaraanya, dia juga ingin menetapkan tujuan pengembaraan tersebut selain
pada tujuan pribadi, yaitu ia ingin perjalanan pengembaraannya nanti dapat
berguna bagi perubahan semua makhluq, terutama pada umat manusia. Cita-cita
tersebut muncul sebagai wujud pemahamannya terhadap soal ke tiga, yaitu untuk
apa kamu hidup? Untuk apa kita hidup?
Ketiga
soal dari ibu Alim, merupakan sebuah kumpulan soal yang berfilosofi, soal yang
pertama sangat menyentuh dalam aspek religi, sedangkan soal yang ke dua
sangat mengarah pada aspek individual manusia, yaitu manusia sebagai makhluk
yang memiliki hak untuk merdeka dan hak asasi yang patut diperjuangkan
kesetaraannya, dan pada pertanyaan ke tiga, ibunya ingin mengarahkan Alim pada
pengaplikasian nilai-nilai sosial. Soal-soal tersebut nantinya diinginkan agar
dapat menjadi jembatan penghubung antara realitas-realitas metafisik dengan
realitas fisik, penghubung antara sifat individual dengan sosial, penghubung
antara hubungan-hubungan vertikal dengan hubungan-hubungan horizontal. Namun,
pada akhirnya, pada malam itu muncul sebuah pertanyaan akhir dari dalam hatinya
sebagai sebuah kongklusi dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, yaitu: Siapakah
aku?
Gelap
gulita debu menyelimuti jiwa
Gundah
gulana resah yang kurasa
Merenung
mencari hakikat hidup yang tersirat
Berat
melangkah, takut bersalah, lagi tersesat.
Keindahan
Neraka
£££
Apa
itu mengetahui, terkadang kita banyak belajar mengenai pengetahuan untuk
mengetahui, tapi kita belum mengerti makna mengetahui, apa itu mengetahui? (A.B.U)
£££
Pagi
itu, kamis, 17 November 2011 Alim berangkat menuju ke kampus tercintanya, ya, statusnya
memang untuk saat ini adalah sebagai seorang mahasiswa baru. Alim kuliah di IAIN
Sunan Ampel Surabaya. Sepanjang perjalanan menuju kampusnya dia terus berfikir,
siapakah aku? Bagaimana aku harus mencari siapa diriku? Apakah pengetahuan
terhadap diriku yang telah aku ketahui ini merupakan pengetahuan tentang diriku
yang seutuhnya? Namun, pertanyaan dirinya terhadap dirinya tersebut belum dapat
ia temukan jawabannya, maklum, jalanan kota Surabaya sangat ramai, dikarenakan
kota Surabaya saat ini adalah termasuk salah satu kota yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak no-2 se Indonesia, jumlah penduduknya adalah 3.023.680
jiwa, dan luas kota Surabaya adalah 333,063 km², jadi maklumlah
jika macet sudah menjadi budaya, dan polusi telah menjadi problem yang biasa
saja. Sehingga Alim tidak terlalu dapat berfikir serius ketika berkendara,
karena dia harus benar-benar fokus dalam mengendarai kendaraannya.
Setiba
di kampus, dia ingin menemui gurunya, ketika itu dia memiliki seorang guru
pribadi, profesi gurunya adalah seorang gubernur fakultas Tarbiyah, Arman nama
gurunya, dan biasanya Alim memanggilnya dengan panggilan cak arman. Alim kuliah
di Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Alim mengenal cak Arman
ketika OSCAAR (Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater) Mahasiswa Baru.
Pagi itu cak Arman terlihat duduk di depan kantor senat mahasiswa, Alim
menyapanya.
“Pagi
cak,,,,Sibuk ndak cak?”
Cak
arman menoleh, dan melihat ke arah orang yang menyapanya. “Pagi juga Al,,,,ndak,,,lagi
nyantai ajha kok.”
“Boleh
ndak cak saya duduk di samping pean? Saya ingin menanyakan sesuatu kepada
pean.”
“Ya,,,duduk
aja sini,,,santai aja.” Beliau menjawab sambil tersenyum, dan terlihat sedikit
ingin menunjukkan kharismanya. Maklum, gubernur.
“Cak,,,bagaimana
cara kita agar dapat mengetahui ya???” Alim bertanya sambil menatap langit yang
terbentang luas, yang selama ini telah menjadi atap dari bumi di mana ia
menginjakkan kakinya.
“Apa
itu mengetahui Al,,,???” Dengan lincah, cak arman langsung menjawab pertanyaan Alim
dengan pertanyaan lain yang ditujukannya kepadanya.
Alim
tertawa “hehehehe,,,Ndak tau cak.” Jawabnya.
“Coba
piker dulu lah,,,jangan langsung nyerah gitu,,,”
Alim
mulai berubah raut wajahnya, dia terlihat serius “Ndak tau cak, apa itu
mengetahui ia???” kembali Alim menyerah terhadap soal tersebut, dia tidak dapat
menjawabnya.
“Yah,,,lagi-lagi
terjebak pada model pembelajaran klasik,,,fundamental banget ni nanti
jadinya,,,,hehehehe” Cak Arman berbicara pada dirinya sendiri dengan suara yang
lirih dan dengan memalingkan mukanya dari Alim. Kemudian cak Arman menjawab
pertanyaan Alim, “Em,,,,,Mengetahui itu Al, adalah sebuah kondisi dimana benak
(akal) kita ini dapat mengalirkan diskripsi-diskripsi tentang apapun, tidak
hanya dalam hal ilmu pengetahuan, namun juga dalam hal kehidupan, dan mengetahui
itu sebuah keadaan Al. Contohnya ya keadaan kamu tadi,,, ketika kamu saya
tanyain tadi, dan kamu tidak bisa manjawab, itu pertanda bahwa benak kamu tidak
dapat mengalirkan diskripsi-diskripsi mengenai hal yang saya jadikan
pertanyaan. Jadi kamu ketika itu dalam kondisi jahl (ketidaktahuan).
Jika kamu dapat menjawabnya, maka pada saat itu, kamu dalam kondisi ilm
(tahu).[1]
Paham Al?”
“Em,,,,githu
ia,,,,hehehe,,,paham cak. Kemudian kembali ke pertanyaan awal cak,,,, bagaimana
cara kita mengetahui cak??? hehehe” karakter tersenyum seperti itu sudah sangat
melekat pada diri Alim, seperti gerak air yang mengalir secara natural dalam
diri Alim, membudaya menjadi sebuah kebiasaan dalam prilakunya, sehingga dia
sering kali tersenyum, walaupun dalam forum-forum penting.
“Pertanyaan
menarik, jika kamu ingin belajar cara mengetahui Al,,,,kamu harus tahu dahulu
tentang epistemologi.”
“Apa
epistemologi itu cak?” Alim menyela pembicaraan dengan menambahkan pertanyaan
tersebut kepada cak Arman, sembari menunjukkan ekspresi wajah serius, yang telah
banyak terbebani oleh rasa ingin tahu yang amat besar.
“Epistemologi
adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran
pengetahuan.[2]
Istilah epistemologi itu Al, pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier
pada tahun 1854.[3]
Apa yang menjadikan manusia dari tidak dan belum tahu menjadi tahu? Apakah
panjang umur (waktu) manusia dalam menjalani hidupnyalah yang mempengaruhi
manusia dari tidak dan belum tahu menjadi tahu? Atau pengalaman manusialah
dalam berproses menjalani kehidupan yang menjadikan manusia berubah dari tidak
dan belum tahu menjadi tahu? Mengapa guru dengan murid lebih tahu guru dibidang
yang dipelajari guru dan mungkin juga lebih tahu murid dibidang yang digeluti
oleh murid tersebut, faktor apa saja yang sebenarnya mempengaruhi manusia dalam
memperoleh pengetahuan?”
“Wah,,,menarik
cak,,,,saya pengen belajar epistemologi cak,,,ajarin ia,,,hehe” jawabnya sambil
tertawa. Alim amat sangat bersemangat, dia amat senang, kesenangannya seakan
akan muncul tanpa sebab yang terlalu berarti, dalam hatinya Alim berkata, “Aku
telah menemukan gerbang permulaian pengembaraanku.”
“Ok,,,,tapi
sebelum kamu belajar epistemologi, kamu harus tau dlu Al,,,bahwa pengetahuan
manusia itu dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengetahuan sains,
pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik.[4]
Pengetahuan-pengetahuan tersebut diperoleh oleh manusia melalui berbagai cara
dan dengan menggunakan berbagai metode. Jadi, jika kamu memang ingin belajar
tentang epistemologi, saya ingin kamu cari tahu dulu informasi tentang manusia,
sebanyak banyaknya ya,,,gimana??? Sanggup???” cak arman memberikan tawaran
dengan tersenyum.
“Siap,,,”
Dia menjawab dengan sangat bersemangat.
“Ok,,,kamu
mulai cari dari sekarang lah, di perpustakaan banyak refrensi kok.”
“Siap
pak gub,,,hehehe,,,makasih ia,,,,”
“Sama-sama.”
Sinar
diwajah Alim memancar merona, bagai sebuah kumpulan bunga yang cerah warnanya.
Keceriaan tersebut menandakan adanya sebuah kebahagian yang telah menyerbu
hatinya. Dengan bermodalkan api semangat membara yang telah berkobar di dalam
hatinya, ia menjelajahi setiap ruangan di dalam perpustakaan IAIN Sunan ampel
Surabaya, setiap rak buku dia amati, dari lantai ke lantai dia telusuri, dan
akhirnya dia menemukan buku-buku yang ia cari.
Setelah
meminjam buku-buku tersebut, Alim mengikuti proses perkuliahannya dengan biasa
saja. Maklum,,,,proses pembelajaran dalam perkuliahan sangatlah terasa monoton.
Mayoritas dosen-dosen sangat fakir pengetahuan tentang metode-metode kreativ
dalam konteks pengelolahan kelas, penggunaan model dan strategi pembelajaran,
dan pemberian motivasi-motivasi untuk menarik rasa simpati, semangat dan rasa
keingintahuan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan mempelajari
pengetahuan-pengetahuan yang belum mereka ketahui secara mandiri.
Sore
itu, setelah mengikuti proses perkuliahan, Alim segera bergegas untuk kembali
pulang. Dia sangat ingin segera mempelajari buku-buku yang telah ia pinjam dari
perpustakaan IAIN Sunan ampel Surabaya. Hal-hal yang telah ia lalui hari ini,
terasa sangat istimewa bagi dirinya. Dan dia menginginkan prosesnya dihari
esok, adalah proses yang lebih baik dari hari ini.
Pedih,
Perih, Luka Menerka
Getaran
Hati Meramba Rasa Bahagia
Kasih
Sayangku Membuka Hijab Diantara Kita
Karunia
Ilahi Rabb Al-Alamina.
Keindahan
Neraka
£££
Pada
realitasnya dunia itu tidak ada. Dunia ini manusia anggap ada karena manusia
memiliki indera, apa jadinya jika manusia tidak memiliki indera? Manusia dapat
mengenal lingkungannya karena manusia memiliki indera. Pada akhirnya jika
manusia memang benar-benar berpikir, maka manusia akan menemukan keraguan
mengenai kebenaran realitas keberadaan. kita ada atau tidak? Apakah kita
benar-benar ada?
(George
Berkeley)[5] £££
Bias
sinar rembulan dalam gelapnya malam telah menyelimuti duniaku, malam ini, tepat
pukul 19.34 ku lihat jam di HP ku, kemudian kususuri jalan-jalan di sepanjang
kota tempat aku dilahirkan, namun masih belum kutemukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang memenjarakan kebebasnku, gang demi gang aku
masuki,,,gelapnya sudut ruang kosong aku amati,,,,nihil,,,,hasil dari
pengelanaanku tuk malam ini,,,aku masih blum menemukan petunjuk apapun tentang
makna keraguanku tuk saat ini.
Kemudian,,,,kuputuskan
untuk kembali ke rumah,,,tempat dimana aku selalu bertafakkur dan memanjakan
diri dengan-Nya, dikarenakan aku baru teringat oleh tugas yang diberikan cak Arman
kepadaku. Law malam gini biasanya di rumah ada ibu dan adik,,,karena ayah lagi
jaga warung.
“Assalamualaikum”
Alim mengucapkan salam sebelum memasuki rumah.
“Wa’alaikum
Salam,,,” Ibu menjawab dari dapur, dan ternyata beliau sedang menanak nasi
untuk makan malam.
“Dari
mana mas,,,?”
“Dari
wonocolo gang lima buk,,,sya lagi pengen jalan-jalan tadi,,,”
“Jalan-jalan
gak ngajak-ngajak mas,,,em,,,,” Ihsan ikut menyeloteh dari dalam kamar,,,maklum,,,anak
kecil kan senang jika di ajak jalan-jalan. Hehehehe
“Mas
lo gak ke mana-mana dik,,,jalan-jalannya gak bertujuan,,,hanya sekedar
jalan-jalan”
“Maem
dulu mas,,,pean uda maem ta?” Ibu menanyaiku
“Bentar
buk, Saya masih kenyang, nanti aja maemnya law sudah lapar,,,saya mau blajar dulu,,ada
PR Soalnya,,,” sambil berjalan menuju kamar.
“Hehehe,,,”
dengan suara keras ‘Ain menyahut,,,”Mahasiswa sekarang kok mudah dibelenggu
kreativitasnya, hanya dengan cara di beri PR saja kok sudah K.O,,,hehehehe,,,”
terdengar tawanya sangat ngece,,,dan kata-katanya sangat provokatif menurutku.
“Gak
ngurus,,,daripada menjadi Wayang,,,yang gak jelas orientasi perjuangan hidupnya,,,hehehe”
dengan nada gurau.
“Wayang,,,maksudnya
mas???” ‘Ain terespon dengan celetukan masaknya.
Akhirnya
saya kluar dari kamar dan duduk di dekat tempat ‘Ain duduk. “Gini
dik,,,berdasarkan pada teori Kolb dalam aliran belajar humanistik, Peter Honey
dan Alan Mumford membuat penggolongan terhadap mahasiswa. Menurut mereka, ada
empat macam tipe belajar mahasiswa, yakni Aktifis, Reflektor, Teoris, dan
Pragmatis.[6]
Uda tau ta pean mengenai penggolongan tersebut???”
“Belum
mas,,,bgaimana itu penjelasannya mas,,,jelasin ya,,,hehehe” senyum tersebut
muncul dengan didampingi ekspresi wajah merayu.
“Males,,,nanti
saya ndak jadi blajar,,,cari aja penjelasannya sendiri,,,sekarang ini sudah
zamannya browsing bro,,,,masak zaman gene pean masih banyak tanyak,,,mandiri
donk,,,cari sendiri,,,hehehe”
“Huft,,,Pelit,,,”
dengan ekspresi merengut. “ayo la mas,,,gak barokah lo ilmunya,,,,hehehe”
kembali dia merayu dengan menunjukkan ekspresi wajah aneh yang bisa dikatakan
gak jelas.
“Ye,,,do’a
kok ngancam,,,,apa didengar do’a model kayak gthu,,,,??? hehehe,,,wek.” Sambil
menjulurkan lidahnya,,,namun, pada akhirnya Alim mengalah,,, “Gini-gini
dik,,,menurut Peter Honey dan Alan Mumford, mahasiswa tipe aktifis adalah
mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru. Mereka
cenderung berpikir terbuka dan mudah untuk diajak berdialog. Namun, biasanya
mahasiswa semacam ini kurang skeptis terhadap sesuatu. Karakter mereka
juga identik dengan karakter yang mudah percaya. Dalam proses belajar, mereka
lebih condong menyukai metode yang mampu mendorong mereka untuk menemukan
hal-hal baru. Tetapi mereka cepat bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu
lama dalam implementasinya. Paham???”.
“Paham
mas,,,truz apa hubungannya kata aktivis dengan kata wayang mas? Kok pean tadi
menyebut kata wayang, tapi menjelaskan tentang tipe mahasiswa aktifis”.
“Gini
dik,,karena aktifis memiliki karakter yang seperti itu,,,akhirnya mereka mudah
di manfaatkan oleh orang lain dik,,,jadi mereka bergerak seperti
wayang,,,mereka banyak yang tidak memiliki visi perjuangan,,,gerak mereka hanya
dilatar belakangi oleh kebersamaan dan intruksi dari orang lain. Jadi,,,proses
yang mereka alami adalah proses yang tidak murni,,,karena mereka bergerak
dengan digerakkan oleh orang lain,,,dan uniknya lagi,,,banyak dari para kaum
aktifis tersebut yang tidak sadar bahwa mereka sedang dimanfaatkan.
Hehehe,,,lucunya negeri ini. Tapi,,,,ada juga yang sadar jika mereka
dimanfaatkan,,,tapi mereka malah senang karena mengejar imbalan yang berbentuk
materi,,,jadi kyk orang jual diri,,,tapi beda konteks,,,bahasa kerennya pelacuran
idealisme. Hehehehe, makanya saya menyebut para aktifis yang model seperti
itu,,,dengan sebutan wayang. hehehe” Alim mengakhiri bicaranya dengan tawa
ringan.
“Hemmm,,,,saya
rasakan,,,ada benarnya juga pendapatnya honey dan mumford mas,,,truz penjelasan
dari tipe reflector itu bagaimana mas???”
“Nah,,,law
pean uda merasa jika pendapat honey dan mumford ada benarnya,,,jadi pean besok
law kuliah,,,jangan sampai jadi wayang,,,dan jadi pelacur idealisme,,, baik
jadi aktifis itu,,,tapi,,,aktifis yang bagaimana dulu,,,,baiknya pean harus
jadi aktifis yang kritis terhadap segala hal,,,bukan kritisnya orang yang sakid
parah lo ya,,,hehehe,,,kemudian pean juga harus visioner,,,tunjukanlah bahwa
dirimu memang dapat menjadi agent of change and agent of social control.
Hehehe,,,”.“Ketok tuwoh aku rek lek ngomong ngene iki,,,hehehe”
“Siap
bos,,,saya besok akan mencoba menjadi orang seperti itu,,,tapi ya pertanyaanku
jawaben rek,,,”
“Pertanyaan
yang mana lagi dik???”
“Tu,,,kan,,,ndak
benar-benar didengarkan komenanku tadi,,,pertanyaanku tadi itu mas,,,penjelasan
terkait mahasiswa tipe reflector itu bagaimana?”
“Hehehehe,,,sory,,,sory,,,bos.
Law masalah penjelasan selanjutnya,,,saya jelaskan law kita ada waktu senggang
berdua lagi ja ya,,,hehehe,,,mas mau belajar dulu dik,,,soalnya ada tugas dari
guru pribadi dik,,,” Alim menjawab sambil beranjak dari tempat duduknya,,,
“Hem,,,,pean
itu,,,bikin penasaran aja,,,yawda,,,gpp,,,kerjakan dulu tugas pean”
“Dipelajari
dewe ngono lo mbak,,,wis gede ngunu,,,hehehe” Ihsan menyahut,,,dengan nada
ngejek,,,seakan-akan dia memang sengaja ingin mengolok-olok kakaknya yang telah
dewasa umurnya namun masih belum dewasa pola pikirnya.
“Sudah-sudah,,,nanti
law diteruskan,,,bisa bertengkar nanti,,,” Ibu langsung ikud menyahut,,,mungkin
beliau ingin menengahi dan mencegah terjadinya pertempuran. “pean ndak maem
dulu mas?” kali ini volume suara ibu agak sedikit keras.
“Ndak
buk,,,nanti saja” Alim menjawab sambil berjalan menuju kamarnya.
Kemudian,
Alim masuk kamar dan mengunci pintu kamarnya. Setelah itu, dia duduk sambil
membaca dan mencatat dengan khusyuk.
Ibarat
Bermandian Ilmu Dalam Pendidikan
Mencari
Hakikat Di Tiap Bait Pelajaran
Gundah
Gulana, Resah Menerka, Hilang Yang Dicari
Hati
Tersentak, Bibir Tersenyum, Yang Dicari Ada Dalam Diri Sendiri.
Keindahan
Neraka
£££
Belajar
yang sebenarnya ialah belajar mengenai diri kita sendiri. (Sokrates) £££
Selalu
ada yang menyentuh, dalam diam yang luruh, dalam kosong yang hening, dan dalam
jiwa yang dahaga. Hari-hariku terasa kian mendesak. Aku merasa kian kecil, dan
semakin terpencil. Waktu terus mengalir dalam porosnya, bagaikan ombak soliton[7]
mengarungi samudra. Kesetiaan alam semesta dalam mendampingi aliran waktupun
terwujud dengan adanya gerak konstan dalam setiap zaman dan ruang. Pernikahan
antara kedua objek tersebut merupakan sebuah misteri kehidupan yang
mengkonklusikan banyak sekali pertanyaan.
Pagi
itu, Jum’at, 18 November 2011 seperti biasa, Alim berangkat menuju ke kampus
tercintanya dengan bersepeda ria. Dia berangkat dengan membawa banyak sekali
angan. Tulisannya tentang manusia yang kemarin malam ia buat, juga ia bawa
sekalian, karena dia berangan hari ini dia dapat menunjukkan buah karyanya
kepada cak Arman. Di hari jum’at, kulaih Alim free, dia hanya ada jam
kuliah sejak hari senin sampai hari kamis. Sesampai di kampus, Alim langsung
menuju kantin, maklum, para aktivis banyak yang menghabiskan waktu paginya
untuk ngobrol di kantin, sambil ngopi[8]
dan bertukar informasi skaligus bergurau ria.
Dari
kejauhan terlihat sekumpulan senior-senior Alim dari Fakultas Tarbiyah yang
sedang ngopi dan ngobrol. Kemudian Alim mendekati dan menyapa sambil menyalami
satu persatu. “Pagi cak”. Alim mengenal mereka semua dari kegiatan Orientasi
Studi Cinta Akademik dan Almamater yang selanjutnya kegiatan tersebut diringkas
penamaannya menjadi OSCAAR.
“Pagi
juga Al,,,mau ke mana? Sini ngopi dulu,,,” Mas Aziz menjawab sapa an saya.
“Iya
cak,,bentar,,tak pesen kopi dulu” Alim menjawab ajakan mas Aziz dengan tanggap.
“Dari
mana ini tadi Al?” Mbah Jenggot bertanya.[9]
“Dari
rumah cak”.
“Ow,,,,”
mereka secara kebetulan menjawab dengan kompak. “Pean pulang pergi toh lek
kuliah, tiap hari ta pulang perginya?”.
“Iya
cak,,,tiap hari saya pulang pergi”.
“Al,,,Ayo
ikut kegiatan PMII,,” Dengan sorotan mata yang meyakinkan dan wajah yang serius
mas Aziz mengajak saya.
“Apa
itu PMII cak???” Alim ikut terbawa suasana serius tersebut.
“PMII
itu Al adalah sebuah organisasi yang terlahir dari ‘kandungan’ Departemen
Perguruan Tinggi IPNU (Ikatan Pelajar NU), IPNU merupakan anak dari NU. Jadi,
PMII dapat di sebut juga sebagai anak cucu NU” hehehe,, Mas Aziz menjelaskan
sambil tertawa ketika mengungkapkan kata anak cucu NU.
Kemudian
mbah Jenggot pun ikut menyahuti “PMII, atau yang seringkali disebut Indonesian
Moslem Student Movement (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) secara
resmi terlahir di kota Surabaya
(tapatnya di Taman Pendidikan Putri Khadijah) Al, bertepatan dengan tanggal 21
Syawal 1379 H atau 17 April 1960 M”.[10]
Cak
Ubed langsung menaggapi penjelasan mbah Jenggot “Gayamu mbah,,,mbah,,,bahasa inggrisan
barang,,,podo mangan segone wae,,,awakmu iku gak ngomong karo wong seng mangan
roti,,,dadi yo biasa ae cak bosone,,hehehe,,” forum menjadi ramai,,,karena
semuanya tertawa.
“Trus
cak,,,Apa Visi dan Misi dari PMII itu cak???”
Mas
Aziz menjawab “Banyak lah dik,,, tapi,,,yang jelas orientasi gerakan PMII itu
dibidang Advokasi dik,,,Jadi PMII akan menjadi wadah pendidikan bagi seluruh
mahasiswa muslim agar nantinya mereka dapat menjadi pribadi yang unggul dan
dapat menjembatani masyarakat awam agar aspirasi dan inspirasi masyarakat didengarkan
oleh pemerintah,,,dan hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai agent
of change, karena kita sebagai mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk
mengaplikasikan tri dharma perguruan tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Dan dengan mengikuti proses yang ada di PMII ini, kamu
telah melaksanakan tanggung jawab ke-3 kamu. Ayo ikut kegiatan PMII, kamu gak
bakal rugi kok,,,malahan kamu akan dapat banyak wawasan baru,,,teman
baru,,,dll.”
“Gimana
cak caranya kalau pengen masuk PMII dan ikud kegiatan PMII?” Alim langsung
tanggap dalam bertanya.
“Law
pean pengen ikud PMII,,,caranya pean ikut MAPABA dulu,,,karena dengan mengikuti
MAPABA pean nantinya akan mengetahui secara komperhensif mengenai PMII itu dik.
Oh iya,,,belajar itu tidak harus di kelas lo dik,,,karena menurut Einstein Informasi
bukanlah merupakan suatu pengetahuan. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah
pengalaman. Jadi, yang pean pelajari dari kelas, itu hanya berupa
informasi-informasi saja yang berbentuk teori-teori. Namun, jika pean ingin
mengasah dan mengubah wawasanmu terkait teori-teori tersebut menjadi sebuah
pengetahuan, maka praktikanlah. Karena dengan memperaktekkannya kamu akan
memperoleh pengalaman dan pengalaman itulah satu-satunya sumber pengetahuan.”
Mbah jenggot menjelaskan dengan ekspresi yang sangat meyakinkan.
“Peh,,,peh,,,peh,,,”
cak Ubed menyahuti penjelasan mas Aziz dan mbah Jenggot dengan nada berhentak.
“Cocok dadi makelar karo,,,” Semua orang tertawa. Beliau melanjutkan
kata-katanya,,, “Iyo Al,,,opo sing di omongno jenggot iku bener,,,ayo melu
proses bareng kita,,,di sini tidak ada kata senior dan junior,,,karena dalam
PMII kita semua adalah sahabat, kita harus saling membantu dan menyayangi satu
sama lain,,,” cak Ubed menjelaskan dengan ekspresi wajah yang datar,,,dan
terkesan sangat lucu.
“Hehehe,,,Hati-hati
Al,,,Ubed iku Homo lo,,,” semua orang jadi menggoda cak Ubed, gara-gara beliau
mengucapkan kata-kata sayang tadi.
“Wah,,,Gimana
law kita buat komunitas dalam PMII cak,,,komunitas khusus yang menaungi kaumnya
cak Ubed,,,namanya,,,,em,,,,” Alim berpikir,,,sementara yang lain terdiam
karena memperhatikan Alim. “Hehehe,,,Himaho aja cak”.
Semua
orang di forum tersebut mengerutkan keningnya kecuali Alim, “Apa Himaho itu
dik?” mereka menunjukkan ekspresi serius.
“Kepanjangan
Himaho itu cak,,, Himpunan Mahasiswa Homo,,,hehehehee” Alim tidak bisa menahan
tawanya dalam menjelaskan.
Forum
menjadi sangat ramai,,,semua orang tertawa,,,Mas Aziz Berkata “Tak pikir serius
Al,,,patek,,,,dadakno guyonan,,,” hehehe
Cak
Ubed menyahut “Cok,,,wong tuwo di gae ilok-ilokan,,,kuwalat kuwe,,,” dengan
nada sedikit tegang, (Dalam forum ngopi aktivis,,,budaya berkata-kata kotor/meso
sudah merupakan budaya yang biasa,,,dan tidak dianggap sebagai suatu hal yang
buruk karena mesonya para aktivis ketika ngopi malah membuat teman-temannya
tertawa).
Forum
menjadi hening,,,dan mbah Jenggot menjawab “Gak nok kata kualat,,,soale sing
paling tuo iku aku,,,”.
“hahahahahahahahahaha”
secara cepat semua orang di forum tersebut tertawa kembali karena mendengarkan
tanggapan dari mbah Jenggot.
Cak
Ubed kembali berbicara “Gara-gara guyu aku dadi iling Lim,,, Herbert
Spencer (Filsuf Inggris) pernah berpendapat bahwa Tujuan besar dari pendidikan
bukanlah pengetahuan, tapi tindakan atau aksi. Jadi, percuma pean sebagai
mahasiswa jika banyak mengetahui tapi sedikit beraksi, soale kata-katae Herbert
Spencer iku yo di perkuat ambek kata-katae Friedrich Engels (Filsuf Jerman) yo
iku Satu ons aksi lebih berharga daripada satu ton teori. Lo,,,mosok
keliru ajakane mas-masmu iki,,, lawong sampek-sampek antara wong Inggris ambek
Jerman sependapat,,,berarti iki yo bener-bener manfaat tenan to ajakane
mas-masmu iki. Hem,,,,Yok opo??? Ayo Melu MAPABA yo,,,” dengan gaya bicaranya
yang khas dan unik,,,Cak Ubed mulai dapat meyakinkan Alim. Tapi,,,tiba-tiba
dengan ekspresi cuek,,,beliau berkata “Tapi lek gak pengen melu ya gak
popo,,,bek e pean duwe kesibukan dan tanggung jawab di rumah,,,sing
penting,,,kito tetep nyambung silaturrahmi,,,”.
“Hehehe,,,sip
iku cak,,,tapi,,,saya jadi punya pertanyaan cak ten pean,,,,” dengan nada
santai Alim berbicara.
“Apa
dik,,,Tanyakan aja,,,” Mbah Jenggot menjawab.
“Pean-pean
ini posisinya di PMII sebagai apa???”
Cak
Ubed berkata pelan “Akhire takok masalah jabatan yo an”,,,Mbah Jenggot
menjelaskan,,, “Aku ambek Aziz iki jadi OC dik,,,OC iku Organizing
Comite,,,tugase OC itu menyiapkan seluruh keperluan teknis,,,mulai tempat
kegiatan, makanan, peserta, dll. dan Cak Ubed itu Ketua Komisariat Periode
2011-2012,,makane,,,pean lek pengen ikut MAPABA,,,pengen tau tentang apa itu
PMII secara lengkap,,,pean bisa daftar ndek aku opo ndek Mas Aziz,,,terserah
pean lah”.
“Ow,,,githu,,,,bayare
berapa cak? Tempate di mana? Kapan kegiatannya?”
Mas
Aziz membuka tasnya,,,dia mengeluarkan selembar kertas putih “Ini lo dik
brosurnya,,,semua informasi ada di sini,,kamu bawa aja,,,besok-besok law kamu
pengen daftar,,,kamu bisa hubungi no hp yang ada di brosur tersebut,,,apa
datang langsung di stand pendaftaran,,,depan Gedung A dan Gedung B juga ada”.
“Ok
Mas,,,Makasih infonya,,,saya tinggal dulu ge,,saya mau ketemu cak
Arman,,hehehe”
Cak
Ubed Merespon salam pamit Alim “Owalah,,,Pean cedek Ambek Arman toh,,,”
semuanya pada menjawab “Yowes ati-ati,,,meneh ketemu maneng,,ojok bosen-bosen
ngopi karo mas-mase iki,,,,”
“Hehehe,,,Siap
cak,,,” dengan ekspresi bibir tersenyum.
Setelah
berpamitan, Alim segera beranjak dari tempat duduknya dan bersalaman dengan mas
Ubed, mbah Jenggot dan mas Aziz. Kemudian Alim membayar kopinya dan langsung
berjalan menuju kantor SEMA (Senat Mahasiswa) Fakultas Tarbiyah untuk menemui
Cak Arman dan mempresentasikan hasil belajarnya terkait manusia. Saat itu,
kantor SEMA berada di samping fakultas Tarbiyah. Jadi, Alim tidak berjalan jauh
dari kantin, karena posisi kantin berada di samping gedung A fakultas Tarbiyah.
“Assalamualaikum”
Alim mengucap salam sambil memasuki kantor SEMA.
“Wa’alaikum
Salam,,,” Orang-orang yang ada di kantor SEMA menjawab salam Alim. Saat ini di
kantor SEMA ada tiga orang, yaitu cak Basir yang sedang ngopi sambil menikmati
sebatang rokok surya, mas Kuteb yang sedang membaca Koran dan cak Sahar yang
sedang asyik mainan computer.
“Cak
Arman ada ta cak?” Alim bertanya kepada cak Basir (cak Basir adalah wakil
gubernur senat mahasiswa fakultas Tarbiyah. Jadi, beliau adalah wakilnya cak
Arman).
“Ada
dik,,,duduko dulu,,,dia masih mandi,,,tungguen,,,” cak basir menjawab dengan
nada cuek,,,pikirannya masih terfokus pada kenikmatan merokok dan ngopi di pagi
hari.
“Geh
cak,,,” Alim menjawab sambil duduk di dekat mas Kuteb, “Halaman olahraganya
ndak dibaca ta mas?” Alim bertanya kepada mas Kuteb.
“Gak
dik,,,baca aja law mau baca,,,” Suara mas Kuteb sangat lembut,,,dan nada
bicaranya juga sangat halus,,,cara mas Kuteb berbicara tidak sama dengan
mas-mas yang lain.
Alim
menunggu cak Arman sambil membaca Koran, tak lama kemudian cak Arman datang
“Sama siapa Al ke sini?” cak Arman menyapa Alim dengan pertanyaan.
Alim
langsung menjawab pertanyaan cak Arman sambil meletakkan korannya “Sendirian
cak,,,pean sibuk ta cak??? Saya mau mempresentasikan hasil belajar saya terkait
manusia sekarang, bisa ta? Hehehe”.
“Waduch
Al,,,ndak bisa diskusi sekarang kelihatannya,,,soalnya ini saya sama Basir mau
keluar,,,mau menghubungi sekaligus mengundang pemateri untuk seminar
Internasional, karena salah satu agenda kegiatan yang di planning oleh kabinet
SEMA fakultas Tarbiyah saat ini adalah membuat kegiatan seminar Internasional
yang membahas tentang perekonomian global. Maaf ia???” cak Arman berbicara
sambil duduk di depan Alim.
“Ia
cak,,,gak papa kok,,,kapan pean bisanya?” Alim berbicara sambil tersenyum.
“Rabu
malam aja ia,,,gmn? Kamu bisa?”
“Bisa
cak, Insyaallah,,,okelah gak papa,,rabu malam aja cak kita diskusi,,hehehe”
“Sip,,,semangat
ya Al,,,,” cak Arman memberi motivasi Alim sambil beranjak dari tempat duduknya
“Ayo sir berangkat,,”.
“Ok
mas,,,gak mangan-mangan disek ta?” Cak Basir menjawab ajakan cak Arman.
“Gampang,,,nanti
kita makan di warung-warung samping jalan aja,,,”
“Masuk
iku,,,sing penting onok surya e,,,hehehe” cak basir berdiri,,,kemudian
menyalami semua orang yang ada di kantor SEMA satu persatu sambil berpamitan
“Aku budal sik yo,,,dungakno sukses rek,,,,,” cak basir berbicara sambil
tersenyum.
Alim
menjawab “Amin,,,semangat cak,,” sambil bersalaman dengan cak Basir.
Kemudian
Alim melanjutkan aktifitas membaca Korannya, halaman demi halaman dia baca, berbagai
macam tema pun juga dia baca sambil menunggu waktu shalat jum’at,,,dan setelah
sholat jum’at rencananya Alim ingin pulang ke rumah untuk mengerjakan
tugas-tugas kuliahnya yaitu membuat makalah dan slide show untuk presentasi.
Kilau
sinar-Mu merasuk hatiku
Bergetar
jiwa menembus akal pikiran melayang
Sir
sanubari hati melihat Engkau dalam setiap tatapanku
Menghiasi
hati, berlimpah rindu dan kasih sayang
[1] Abdurrahman bin Muhammad
al-Akhdari, Sullamul Munauraq fii Ilmil Mantiqi, terj. M. Fadli Said
an-Nadwi (Surabaya: Al-Hidayah, 2005), hal. 8.
[2] Pius A Partanto dan Dahlan
al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), hal. 157.
[3] Dagobert Runes D, Dictionary
of Philosophy (New Jersey: Littlefied, 1971), hal. 94.
[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum
(Bandung: Rosda, 2010), hal. 23.
[5] Jostein Gaarder, Dunia Sophie
(Bandung: Mizan, 2012), hal. 441.
[6] Mukhoiyaroh, Teori-teori
Belajar (Surabaya: Muara Progresif, 2011), hal. 101.
[7] Ombak penyendiri yang mengarungi
lautan dengan bentuk dan kecepatan konstan, tanpa pernah melebar dan terurai,
seperti ombak normal lainnya.
[8] Kata ngopi adalah kata yang
digunakan oleh para aktivis fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk
mengistilahkan keadaan mereka saat berpikir. Kepanjangan dari kata ngopi adalah
NGO=NGOlah PI=PIkiran, jadi ngopi adalah ngolah pikiran.
[9] Mbah jenggot adalah panggilan
untuk mahasiswa jurusan Kependidikan Islam, dia di panggil seperti itu karena
beliau memiliki jenggot dan beliau juga merupakan mahasiswa yang umurnya lebih
tua daripada teman-teman se angkatannya.
[10] Choirul Anam dan Effendi
Choirie, Pemikiran PMII dalam Berbagai Visi dan Persepsi (Jakarta: Duta
Aksara Mulia, 2010), cet. Ke-2, h. 18.
0 komentar:
Posting Komentar