PELETAK
FONDASI SOSIOLOGI
By:
A. Bahrul Ulum
Penelusuran
sejarah asal-usul atau perkembangan suatu bidang kajian ilmu atau cabangnya,
biasanya akan terjebak pada pengambilan keputusan untuk menentukan siapa yang
pertama kali membahas hal ini, dan pada akhirnya cenderung menonjolkan pelaku
tertentu sebagai bapak pendiri dari suatu bentuk ilmu pengetahuan. Hal ini
merupakan proses yang cukup membahayakan.[1]
Oleh sebab itu, untuk menghindari pengkultusan terhadap seorang tokoh saja, dan
tokoh-tokoh yang lain tersembunyikan, maka akan lebih baiknya jika kita
membahas banyak tokoh yang berjasa dalam membangun sebuah fondasi dalam ilmu
sosiologi. Berikut beberapa tokoh yang dipandang berjasa dalam membangun
fondasi ilmu sosiologi:
A. Emile
Durkheim (1858-1917 M)
Emile Durkheim dilahirkan di Epinal,
Prancis,
yang terletak di Lorraine pada tahun 1858 M.
Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh,
ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah
kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal
dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang
Yahudinya membentuk sosiologinya, banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah
sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.
Durkheim adalah mahasiswa yang cepat
dewasa. Ia masuk ke Ecole Normale
Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling
cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti
Jean Jaures dan Henri Bergson
kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual Prancis.[2]
Tahun 1890-an adalah masa kreatif
Durkheim. Pada 1893
ia menerbitkan “The Devision of Labor in Society (Pembagian kerja dalam
masyarakat)”, yang bersisi mengenai pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat dan perkembangannya dalam
bahasa perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam bahasa latin. Pada 1895 ia menerbitkan “The
Rules of Sociological Method (Aturan-aturan
Metode Sosiologis)”, merupakan sebuah manifesto
yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan.
Durkheimpun mendirikan Jurusan
Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Beliau
merupakan seorang guru besar dalam ilmu-ilmu sosial di Universitas tersebut
sejak tahun 1887 hingga tahun 1902 M. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique
untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian
bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk
kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada
1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”,[3]
sebuah studi kasus
yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.
Setelah
itu, Durkheim pindah ke Universitas Sarbonne di Paris. Pada masa ini, ia
kembali menerbitkan buku dengan judul The Elementary Forms of the Religious
Life. Sumbangan teori-teori Durkheim terhadap sosiologi (terutama pada
sosiologi pendidikan) dapat dikatakan cukup banyak, beliau berparadigma
kekirian, dan masih banyak karya-karya beliau yang diterbitkan setelah
kematiannya. Seperti, Education and Society yang terbit pada tahun 1956,
Moral Education yang diterbitkan pada tahun 1961, dan Evolution of
Educational Thought yang terbit pada tahun 1977.
Emile
Durkheim meninggal pada tahun 1917 karena terkena serangan lumpuh, penyakit
yang dialami Durkheim tersebut didiagnosa adalah sebuah penyakit psikis, yang
muncul dikarenakan tumbuhnya rasa kecewa berat yang dialami Durkheim akibat
meninggalnya anak
laki-laki Durkheim, yang bernama Rene, dalam perang dunia pertama. Berikut
penjelasan mengenai beberapa sumbangan Durkheim terhadap sosiologi:
1. Pendekatan
fungsionalisme sosiologis
Dalam
the rules of sociological methods[4]
dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah fakta social.
a. Tiga
karakteristik fakta social
1)
Eksternal
(diluar individu)
Fakta
social ada sebelum individu ada, dan akan tetap ada setelah individu tiada.
2)
Determined/coercive
(factor-faktor/hal-hal yang menentukan)
Fakta
social memaksa individu sesuai dengannya.
3)
General (umum)
Tersebar
luas dalam komunitas masyarakat, milik bersama, dan bukan milik individu.
b. Dua
asumsi (anggapan) mengenai fakta sosial
1)
Gejala social
itu rill dan mempengaruhi kesadaran individu, serta mempengaruhi perilaku yang
berbeda-beda dari berbagai macam karakter individu (psikologis, biologis, dan
moral)
2)
Dikarenakan
gejala social adalah fakta yang rill, maka gejala social dapat diamati ataupun
dipelajari dengan metode positivistik.[5]
c. Jenis
fakta sosial
1)
Material
Objek
(sasaran) yang dapat disimak, ditangkap, dan diukur. Contoh: wujud biologis,
dll.
2)
Non material
Objek
yang dianggap nyata dan muncul dalam kesadaran manusia. Contoh: rasa iba, rasa
malu, dll.
d. Strategi
menjelaskan fakta social
Dasar
utamanya adalah fakta social dapat dijelaskan dengan cara dibandingkan dengan
fakta social lainnya.
1)
Strategi
pokoknya ada dua
a) Mencari
asal usul gejala social (kausality (sebab akibat))
b) Fungsi
dari suatu gejala social
2. Tesis
solidaritas social
Dalam
bukunya, the division of labor in society Emile Durkheim
mengklasifikasikan solidaritas social ke dalam dua tipe.
a. Solidaritas
mekanik (kekompakan yang disimbolkan seperti sebuah kekompakan yang dimiliki
sebuah mesin)
b. Solidaritas
organic (kekompakan yang disimbolkan seperti sebuah kekompakan yang dimiliki
makhluk hidup)
Apa
pertanyaan dasar yang memunculkan tesis tersebut? Apa yang mengikat dan
mempersatukan manusia?
No
|
YANG
DIUKUR
|
SOLIDARITAS
MEKANIK
|
SOLIDARITAS
ORGANIK
|
1
|
Pembagian
Kerja
|
Rendah
|
Kuat
|
2
|
Kesadaran
Bersama
|
Kuat
|
Lemah
|
3
|
Individualitas
|
Rendah
|
Tinggi
|
4
|
Penghukuman
|
Komunitas
Terlibat
|
Badan
Kontrol Sosial
|
5
|
Saling
Ketergantungan
|
Rendah
|
Tinggi
|
6
|
Komunitas
|
Primitif/Pedesaan
|
Industri
Perkotaan
|
7
|
Pengikat
|
Kesadaran
Kolektif (Bersama)
|
Pembagian
Kerja
|
8
|
Hukum
Dominan
|
Represif
(Bersifat Menekan)
|
Restitutif
(Bersifat Memperbaiki)
|
9
|
Konsensus
(Perizinan) Terpenting
|
Pola
Normatif (Keharusan menurut prinsip-prinsip yang menjadi petunjuk manusia
pada umumnya untuk hidup bermasyarakat)
|
Nilai
Abstrak dan Umum
(Yang
dimaksud abstrak adalah yang inti, dan diperoleh dari sebuah proses
penyimpulan, dan tidak berbentuk)
|
3. Teori
Perubahan Sosial
Dalam
The Devision of Labor in Society[6]
dijelaskan bahwa perubahan dari solidaritas mekanik menuju organik, dikarenakan
beberapa hal, yaitu:
a. Pertambahan
Penduduk,
b. Pertambahan
Komunikasi dan Interaksi,
c. Tajamnya
Proses Perjuangan Untuk Hidup, dan
d. Adanya
Spesialisasi Bidang Keahlian.
4. Teori
Moralitas
Menurut
Durkheim, ciri-ciri dan karakteristik moralitas adalah:
a. Moralitas
adalah suatu perwujudan dari tujuan impersonal dan umum,
b. Moralitas
merupakan fakta social, karena ia memiliki karakteristik eksternal, umum, dan
memaksa,
c. Moralitas
hadir dalam kesadaran individu karena dipelajari dari sebuah proses
sosialisasi,
d. Moralitas
akan selalu tetap ada, meskipun dengan ada atau tidak adanya individu,
e. Ditransmisikan
dari suatu generasi menuju generasi selanjutnya,
f. Moralitas bersifat memaksa, dan
g. Moralitas
memiliki 3 unsur, yaitu:
1) Semangat
disiplin dengan tujuan memberi sasaran, dan mengembangkan keteraturan,
2) Ikatan
pada kelompok, dan
3) Otonom.
[1] Damsar, Pengantar Sosiologi
Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 23.
[2] Buku mengenai biografi paling
lengkap dari Durkheim dikarang oleh, Steven Lukes, Emile Durkheim, His Life
and Work: A Historical and Critical Study (New York: Harper dan Row, 1972).
[3] Hamzah Tauleka, Sosiologi
Agama (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hal. 214.
[4] Emile Durkheim,
Rules of Sociological Method, (Ditulis pada tahun 1895), Penerbit: The
Free Press, 1982.
[5] Ibid., Damsar, Pengantar
Sosiologi…, hal. 29.
[6] Emile Durkheim,
The Division of Labor in Society, (Ditulis pada tahun 1893), Penerbit:
The Free Press reprint, 1997.
0 komentar:
Posting Komentar