Baca Selengkapnya: Cara Membuat Marquee (Tulisan Berjalan) Pada Address Bar http://bisikan.com/cara-membuat-marquee-tulisan-berjalan-pada-address-bar#ixzz36o6dOwY5

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 11 Maret 2014

Teori-Teori Sosiologi Makro dan Mikro



TEORI-TEORI SOSIOLOGI MAKRO DAN MIKRO
By: A. Bahrul Ulum

Salah satu pendekatan dalam sosiologi adalah pembahasan mengenai teori-teori sosiologi itu sendiri. Teori dapat digunakan sebagai alat analisis terhadap fenomena-fenomena sosial. Jadi, teori bukanlah tujuan dari sebuah proses analisa sosial.
 Dalam pembahasan ini kita hanya akan membahas mengenai 4 teori saja, yaitu 2 teori sosiologi makro, dan 2 teori sosiologi mikro. Pada pembahasan teori sosiologi makro akan dibahas mengenai teori interaksionisme simbolik, dan teori pertukaran. Dan pada pembahasan sosiologi mikro, akan dibahas teori struktural fungsional, dan struktural konflik. Jika yang ingin kita lakukan adalah menganalisis pada tataran yang luas maka baiknya kita mendahulukan penggunaan teori sosiologi makro, dan jika kita menganalisis pada tataran individu, maka baiknya kita mendahulukan penggunaan teori sosiologi mikro. Berikut penjelasannya:
A.  Teori Struktural Fungsional
Teori struktural fungsional ini akan menjelaskan mengenai bagaimana berfungsinya suatu struktur. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasannya setiap struktur (seperti persahabatan, organisasi, dll) akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi.
Asumsi dasar teori struktural fungsional ini meurut Ralf Dahrendorf adalah:[1]
1. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara relatif, mantap, dan stabil. (menurut teori ini elemen=individu)
2. Elemen-elemen yang terstruktur tersebut terintegrasi dengan baik.
3.Setiap elemen dalam struktur tersebut memiliki fungsi, yaitu memberikan sumbangan pada bertahannya struktur tersebut sebagai suatu sistem.
4.Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai diantara para anggotanya. (konsensus nilai, berasal baik dari kesepakatan yang telah ada dalam suatu masyarakat, (seperti: adat istiadat, norma-norma abstrak, dll) maupun ada dikarenakan adanya pembuatan kesepakatan baru)
B.  Teori Struktural Konflik
Teori struktural konflik ini menjelaskan bagaimana latar belakang terjadinya konflik dalam setiap struktur. Teori struktural konflik ini melihat bahwasannya dalam setiap struktur, pasti memiliki elemen yang berbeda-beda. Dan dari setiap elemen tersebut pasti memiliki motif, maksud, kepentingan, dan tujuan yang berbeda-beda. Dan perbedaan inilah yang melatar belakangi terjadinya disintegrasi, konflik, dan perpecahan.
Asumsi dasar teori struktural konflik ini menurut Ralf Dahrendorf, adalah:[2]
1. Setiap masyarakat, dalam setiap hal, akan tunduk pada proses perubahan, dan prubahan social ada dimana-mana. (perubahan akan tetap selalu ada dimana-mana, karena setiap elemen dari sebuah struktur pasti memiliki motif-motif yang berbeda, dan setiap elemen tersebut pasti ingin memperjuangkan motifnya masing-masing)
2.  Setiap masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaian dan konflik, konflik social akan selalu ada dimanapun. (selama ada perbedaan, maka akan ada konflik)
3.  Setiap elemen dalam suatu masyarakat pasti menyumbangkan disintegrasi dan perubahan.
4. Adanya sebuah struktur, ada yang didasarkan pada paksaan dari beberapa elemen atas elemen yang lain. (kemampuan memaksa muncul dan bisa dilakukan jika memiliki kebutuhan dasar, dan akan selalu lebih kuat power dari paksaan tersebut jika kebutuhannya bersifat langka)
C.  Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik ini memahami suatu realitas sebagai suatu proses interaksi yang dipenuhi oleh simbol-simbol. Setiap elemen secara aktif mengonstruksikan tindakannya dalam proses interaksi dimana individu akan selalu berusaha menyesuaikan diri, dan mencocokkan berbagai macam tindakannya dengan mengambil peran dengan komunikasi simbol,[3]
Asumsi dasar teori interaksionisme simbolik ini, menurut Turner adalah:
1.   Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan simbol. (tindakan sosial dipahami sebagai suatu tindakan individu yang memiliki makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain), (dalam proses sosialisasi terdapat proses pemberian makna sehingga menghasilkan simbol-simbol).
2.    Manusia menggunakan symbol untuk saling berkomunikasi.
3. Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran/role taking. (proses pengambilan peran yang dapat dilakukan dengan mudah adalah dengan cara menempatkan dirinya dalam kerangka berfikir orang lain yang bertujuan agar mudah mendapatkan respon).
4.   Masyarakat terbentuk, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berfikir, mendefinisikan, melakukan refleksi diri, dan melakukan evaluasi.
D.  Teori Pertukaran
Teori pertukaran ini melihat dunia sebagai arena pertukaran,[4] seperti pemberian hadiah, jual beli, berorganisasi, dll. asumsi dasar teori pertukaran menurut George Caspar Homans, Peter M. Blau, Richard Emerson, dan Harold H. Kelly, adalah:
1.  Manusia adalah makhluk rasional, dalam berinteraksi normalnya manusia selalu memperhatikan untung rugi.
2.    Perilak pertukaran social terjadi apabila:
a.   Perilaku tersebut berorientasi pada tujuan yang hanya dapat tercapai dengan interaksi dengan orang lain.
b. Perilaku tersebut bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian-pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat dalam pertukaran tersebut memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.


[1] I. Craib, Teori-Teori Sosial Modern (Jakarta: Rajawali Press, 1986), hal. 196.
[2] Ibid., hal. 197-198.
[3] D. P. Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 1986), hal. 37.
[4] George Ritzer, dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul, Kreasi Wacana, 2011), hal. 447.

0 komentar:

Posting Komentar