Baca Selengkapnya: Cara Membuat Marquee (Tulisan Berjalan) Pada Address Bar http://bisikan.com/cara-membuat-marquee-tulisan-berjalan-pada-address-bar#ixzz36o6dOwY5

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 19 Februari 2014

Maqamat dalam ilmu tasawwuf

PENGETAHUAN TASAWWUF
By: A. Bahrul Ulum


A. Maqamat
            Maqamat adalah suatu konsep dalam Ilmu Tasawuf yang digunakan oleh para peserta Tasawuf (al-Mutasawwif) untuk mengukur keberadaan tingkat spiritualnya dari satu maqam ke[ada maqam yang lebih tinggi tingkatannya. Istilah maqamat dan ahwal tidak pernah ditemukan dalam kegiatan Tasawuf pada masa Sufi Salaf, tetapi inti ajarannya sudah diamalkan oleh Sufi Sahabat sejak masa Rasulullah SAW. Istilah tersebut, baru dikenal namanya pada masa perkembangan Tasawuf abad II H, yang sebagian ahli Tasawuf mengatakan, bahwa istilah itu mulai dipopulerkan oleh Dhu al-Nun al-Misri sebagai Sifi Sunni.[1]
            Al-Saraj al-Tusi mengatakan, ketika kita ditanya oleh orang lain tentang pengertian maqamat, maka jawabanya adalah suatu kedudukan hamba di hadapan Tuhannya ketika telah melakukan ibadah, mujahadah, riyadah, dan berkontemplasi.[2] Hal ini, berdasarkan dengan tuntunan al-Qur'an surah Ibrahim ayat 14 dan surat al-Saffat ayat 164.
            Ada beberapa peneliti tasawuf yang memperoleh data dari sufi yang diteliti, bahwa tingkatan maqam itu ada seratus, dan ada pula yang mengatakan empat puluh, yang disebut maqamat al-Arba'in. Kedua pendapat ini ternyata tidak membedakan antara maqam dan hal, karena dipandang keduanya merupakan kondisi spiritual hamba yang berfungsi untuk mengantarkan peserta Tasawuf untuk mencapai tujuannya, misalnya pendapat Sahl bin 'Abdillah al-Tustari, Abu Talib al-Makki, al-Junayd bin Muhammad, Abu 'Uthmah al-Naysaburi, Yahya bin Mu'az, Abu Sulayman al-Darani dan 'Aun bin 'Abdillah.[3] Tanjakan maqam yang begitu banyak, dengan menelan kesunguhan tenaga dan waktu yang banyak pula, dapat diperoleh dengan latihan dhikir dan tafakkur (merenung), yang jumlahnya banyak menurut penetapan masing-masing ahli tarekat.
            Dari beberapa penulis Tasawuf yang menetapkan sekian banyak jumlah tingkata maqamat, maka kajian ini hanya menampilkan pendapat al-Saraj al-Tusi yang mengatakan jumlah tingkatan maqamat hanya tujuh (al-maqamatu al-Sab'ah), sejalan dengan pendapat A'la al-Dawlah al-Sammani yang mengatakan, bahwa bilangan tujuh tingkatan maqam tersebut, sesuai dengan jumlah tujuh orang Nabi yang memiliki kondisi spiritual yang sama dengan tingkatan maqam yang akan dikemukakan dalam kajian ini, dengan tidak mengemukakan nama-nama Nabi yang dimaksud.
            Tujuh tingkatan maqam yang dimaksut oleh  al-Saraj al-Tusi, adalah taubat (al-Tawbah), meninggalkan hal-hal yang syubhat (al-Wara'), meninggalkan pengaruh kesenangan dunia (al-Zuhud), hidup dalam keadaan fakir (al-Fakru), sabar ( al-Sabru), rela menerima ketentuan Allah (al-Rida), dan menyerahkan segala urusan kepada Allah (al-Tawakkul).[4]


[1] Mahjiddin, Akhlak Tasawuf II, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.209.
[2] As'ad al-Sahmarani, al-Tasawwuf Manshauhu wa Mustalahatuhu, (Bayrut: Dar al-Nafais, ttd), h.115.
[3] Ibnu al-Qayyim al-Jawziyyah, Madarij al-Salikin: Bayna Manazil Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in, (Bayrut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, ttd), h.127-128.
[4] Husein Nasr, Tasawuf  Dulu dan Sekarang, terj. Oleh Abd Hadi WM, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.88.

2 komentar:

  1. Saya tidak akan mengomentari konten postingan, Mas. Tapi hanya ingin bersilaturrahim via blog ini. Salam kenal, ya. Monggo silaturrahim juga ke blog saya. Ditunggu kunjungan baliknya. Hehehe.

    Syahwat Virtual

    BalasHapus