Baca Selengkapnya: Cara Membuat Marquee (Tulisan Berjalan) Pada Address Bar http://bisikan.com/cara-membuat-marquee-tulisan-berjalan-pada-address-bar#ixzz36o6dOwY5

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 13 Februari 2014

Latar belakang, definisi, objek penelitian, metode mempelajari, dan fungsi mempelajari filsafat



LATAR BELAKANG, DEFINISI, OBJEK PENELITIAN,
METODE MEMPELAJARI, DAN FUNGSI MEPELAJARI FILSAFAT.
By: A. Bachrul Ulum

A.  LATAR BELAKANG TIMBULNYA FILSAFAT
Apa yang mendorong manusia berfilsafat? Kiranya akan ada dua jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertama, dongeng-dongeng dan takhayul dapat menimbulkan filsafat (Tafsir, 2012: 14), karena diantara orang-orang yang ada, pasti ada yang mudah percaya begitu saja terhadap dongeng maupun takhayul, sehingga orang-orang mulai ragu, menayakan kembali, dan mengkritisi dari dongeng maupun takhayul tersebut, Sartre mengatakan bahwa kesadaran pada manusia ialah bertanya. Pada pertanyaan itulah manusia berada pada kesadaran yang sebenar-benarnya (Beerling, 1966: 8).
Kedua, keindahan dan fenomena-fenomena unik  alam raya, kita melihat langit biru begitu luas membentang, tanpa tau apakah langit itu berujung? Dari bahan dasar apa dia diciptakan? Dengan apa dia diciptakan? Untuk apa dia diciptakan? Siapa yang menciptakan? Apakah belum terlintas pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam fikiran kita? Apakah kita memang makhluk yang berfikir? Bagaimana kita dikatakan makhluk yang berfikir jika kita belum memikirkan dari seluruh apa yang ada. Patrick mengatakan, manakala keheranan mereka menjadi serius, dan penyelidikan mereka menjadi sistematis, mereka menjadi filosof (Mulder, 1966: 44-45).
B.  DEFINISI FILSAFAT
Secara etimologi (bahasa) filsafat berasal dari kata yunani, yaitu filosofia yang merupakan gabungan dari kata filo yang memiliki arti cinta, dan Sofia yang berarti kebijaksanaan (Poedjawijadna, 1997, 2). Namun, ada pula yang mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah yang pengertiannya dapat disejajarkan dengan kata hikmah yang bermakna bijaksana. Maka pembatas makna nama dari filsafat adalah kecintaan akan kebijaksanaan.
Secara terminologi (istilah) filsafat menurut plato adalah pengetahuan yang berminat mencari pengetahuan asli, menurut Pythagoras (manusia yang mula-mula menggunakan kata filsafat) adalah mencintai kegiatan perenungan tentang Tuhan, menurut al-farabi adalah pengetahuan tentang hakikat alam wujud, menurut immanuel kant adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yaitu: metafsisika, etika, agama, dan antropologi (ilmu tentang kemanusiaan). Namun, menurut juhaya S. Pradja arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijujnjung tinggi. (Pradja, 2002: 2) maka dari itu, menurutnya sikap falsafi yang baik adalah sikap yang kritis dalam mencari diiringi dengan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka.
Para filsuf memiliki definisi filsafat yang berbeda-beda, mengapa demikian? Dari beberapa definisi yang dikemukakan pada paragraph sebelumnya dapat disimpulkan bahwa para ahli berbeda pendapat mengenai definisi filsafat adalah karena para ahli memiliki pemahaman yang berbeda mengenai filsafat, pemakaian filsafat pada objek pembahasan yang berbeda, berkembangnya pemakaian filsafat dari zaman ke zaman, dan sulitnya para ahli memahami tentang filsafat secara universal dan komperhensif.
Oleh sebab itu Hatta menyatakan bahwa baiknya definisi filsafat tidak dibicarakan terlebih dahulu, karena nantinya jika manusia telah banyak mempelajari filsafat maka dia akan mengetahui dengan sendirinya mengenai definisi filsafat secara terminologi menurut pemahamannya tersendiri yang diambil dari tambahan-tambahan makna baru dari setiap pemahaman baru.
Namun, baiknya kita mengetahui sifat-sifat yang seharusnya kita penuhi dalam berfilsafat dan sifat-sifat tersebut kita jadikan pedoman dalam berfilsafat, yaitu pedoman yang bersifat umum saja, dan pedoman yang kita gunakan tersebut juga merupakan pedoman yang disepakati oleh banyak filsuf. Sifat apa yang seharusnya kita jadikan pedoman dalam berfilsafat? Pertanyaan tersebut pernah dijawab oleh Windelband yaitu filosofi sifatnya merentangkan pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Oleh sebab itu, banyak manusia yang menyebut filosofi dengan sebutan berpikir merdeka tanpa dibatasi kelanjutannya. (Hatta: 1980, 3)
C.  OBJEK PENELITIAN FILSAFAT
Pembahasan mengenai objek pembahasan filsafat ini akan terbagi menjadi dua, yaitu mengenai objek materia dan objek forma, objek materia adalah wujud yang dikaji, dan objek forma dalah bentuk sifat pengkajian. Dari objek materianya, filsafat mengkaji objek yang ada dan yang mungkin ada, jadi luas sekali. Dan dari objek formanya, filsafat ingin mengkaji secara mendalam.
D.  METODE MEMPELAJARI FILSAFAT
Menurut Ahmad tafsir ada tiga macam metode mempelajari filsafat, yakni: metode sistematis, metode historis, dan metode kritis. (Tafsir, 2010: 20)
Metode sistematis adalah model mempelajari dengan cara pelajar menghadapi karya-karya filsafat. Misalnya, pelajar pertama kali akan mempelajari filsafat pendidikan, beserta cabang-cabangnya. Kemudian mempelajari filsafat nilai dan cabang-cabangnya. Pembahasan mengenai metode ini secara jelas akan diperoleh dalam pembahasan sistematika filsafat. Dalam pembelajaran menggunakan metode ini maka pelajar akan lebih fokus mempelajari pada isi filsafat.
Metode historis adalah mempelajari filsafat dengan mengikuti sejarahnya, dimulai dari filsafat zaman klasik beserta tokoh-tokoh dan teoroi-teorinya, kemudian zaman helenisme, zaman renaissan, zaman modern dan zaman post modern.
Metode kritis adalah model mempelajari dengan cara berusaha menagkap pemgetahuan dari fenomena-fenomena alam yang terjadi, kemudian menganalisanya dan mengkritiknya dengan menggunakan pendapat sendiri maupun pendapat tokoh lain. Metode ini digunakan oleh para pelajar yang telah intens mempelajari filsafat dan memiliki kekayaan akan teori-teori serta memiliki pemahaman teori yang cukup baik.
Menurut Juhaya S. Pradja metode mempelajari filsafat ada tiga, yaitu: metode deduksi, metode induksi, dan metode dialektika. (Pradja, 2002: 14)
Metode deduksi, yaitu suatu metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsi umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus. Contoh:
·      Premis Umum    : Semua manusia mengalami kematian.
·      Premis Khusus   : Budi adalah manusia.
·      Kesimpulan Khusus : Budi akan mengalami kematian.
Metode induksi, yaitu suatu metode berpikir dalam menarik kesimpulan dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh:
·      Premis Khusus   : Andi, Fasih, dan Ita mengalami proses kelahiran untuk hadir di dunia.
·      Premis Umum    : Andi, Fasih, dan Ita adalah manusia.
·      Kesimpulan Umum : Seluruh manusia mengalami proses kelahiran untuk hadir di dunia.
Metode dialektika, yakni metode berpikir yang menarik kesimpulan melalui tiga tahap, yaitu tesis (pendapat), antitesis (lawan pendapat), dan sintesis (penggabungan pendapat).
E.   FUNGSI MEPELAJARI FILSAFAT
Manusia bergerak, apa yang menjadi dasar alasan manusia bergerak? Ada yang menjawab keinginan/kebutuhan fisiknya, ada yang menjawab tujuan hidupnya, ada yang menjawab keyakinan hidupnya, ada yang menjawab kebahagiaan dirinya. Namun jika kita benar-benar berfikir secara dalam maka kita akan menemukan bahwa dalam semua geraknya manusia membutuhkan pengetahuan jika manusia bertujuan/berkeinginan, tidak perduli apapun alasan/tujuannya dalam bergerak, manusia pasti membutuhkan pengetahuan akan apa saja yang akan dia kerjakan. Kemudian dengan alasan bergeraknya, manusia memilih pengetahuan yang akan dia kerjakan untuk mencapai tujuan dari alasan tersebut. Sehingga permasalahan dasar kekacauan sosial dalam suatu komunitas masyarakat adalah karena masalah pengetahuan dari masyarakat tesebut dan pilihan untuk merealisasikannya.
Kemudian timbul pertanyaan lagi, mengapa manusia dapat mengatahui? Jawabnya karena manusia berfikir, mengapa manusia dapat berfikir? Karena manusia memiliki akal, disini dapat kita pahami bahwa manusia butuh akan pengetahuan untuk pengoptimalan pemakaian akal manusia, dan pengetahuan tersebut adalah pengetahuan filsafat. Minimal manusia berfilsafat agar manusia tahu akan dirinya (asal, sifat, dan tujuan), bagaimana cara menuju apa yang mereka inginkan, dan bagaimana meyikapi fenomena alam dan sosial yang melibatkan mereka, sehingga muncullah yang dinamakan kebijaksanaan jika manusia tersebut memang memiliki keinginan ingin menjadi makhluk yang bijaksana.
Maka dari itu ahmad tafsir meneyebutkan bahwa ada dua kekuatan yang mewarnai dunia, yaitu akal dan hati (fikiran dan iman), dan dunia akan merasakan kedamaian jika ada keadialan dalam menggunakan dua kekuatan tersebut.
Setidaknya selain alasan yang dikemukakan dalam paragraph sebelumnya, menurut ahmad tafsir ada empat fungsi manusia mempelajari filsafat, yaitu: agar terlatih berfikir serius, agar mampu memahami filsafat, agar menjadi filsuf, dan agar menjadi warga Negara yang baik (tafsir, 2012: 19).

0 komentar:

Posting Komentar