Baca Selengkapnya: Cara Membuat Marquee (Tulisan Berjalan) Pada Address Bar http://bisikan.com/cara-membuat-marquee-tulisan-berjalan-pada-address-bar#ixzz36o6dOwY5

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 25 April 2014

FAKTA SEJARAH PILGUB SEMA FITK TAHUN 2014



REFLEKSI DIRI PASCA PILGUB SEMA FITK 2014
Oleh: Dewa Ruci

Kamis, 02 Januari 2014, dilaksanakan pemilihan gubernur SEMA FITK UIN Sunan Ampel Surabaya. Pemilihan gubernur dilaksanakan di Gedung B FITK dan dimulai kurang lebihnya sejak pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. 1400 kertas suara telah disiapan oleh KOPURWAFAT (Komisi Pemilu Raya Mahasiswa Fakultas), dan semua mahasiswa/i FITK memiliki hak untuk memilih. Jika dilihat dari sudut pandang mahasiswa/i, peluang terebut merupakan sebuah sarana untuk mewujudkan rasa kepedulian kita sebagai warga FITK terhadap FITK, dengan cara ikut berpartisipasi untuk memilih pimpinan yang baik menurut kita, yang nantinya dapat memperjuangkan FITK menjadi fakultas yang lebih baik lagi dan menemukan keindahan dalam dinamika yang terjadi dalam proses pencapaian tujuan dibangunnya FITK tersebut. Dan dalam sudut pandang KOPURWAFAT, mereka menyiapkan banyak kertas suara adalah sebagai wujud kepedulian terhadap hak-hak yang dimiliki oleh mahasiswa/i FITK yang harus dipenuhi.
Namun, ada fakta menarik yang terjadi pada pagi itu, ketika ada salah seorang mahasiswa mengajak temannya untuk mencoblos, dan temannya merespon ajakan tersebut dengan jawaban “NGAPAIN KITA NYOBLOS? MEREKA NDAK PERNAH GUMBUL KITA KOK, PERCUMA KITA NYOBLOS.” Kejadian menarik tersebutlah yang akan kita analisis, tepat atau kurang tepat, kita berpendapat seperti itu.
Mengapa kita perlu memilih pemimpin? Mengapa harus ada organisasi dalam sebuah proses perkuliahan? Apa guna organisasi tersebut? Menurut Plato, dalam sebuah proses dialektik, agar tidak terjadi kesalahpahaman interpretasi sebuah ide, maka kita harus memiliki kesepakatan terhadap definisi dari setiap terma-terma yang diungkapkan, dan definisikanlah semua terma baru. Oleh sebab itu, maka kita akan mengawali mengkaji pertanyaan-pertanyaan dalam paragraf sebelumnya dengan mendefinisikan dahulu apa itu organisasi.
Organisasi adalah penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan yang teratur untuk mencapai tujuan tertentu. (Pertanto dan al-Barry, 2001: 547) Dalam sebuah organisasi dibutuhkan seorang pemimipin, yang bertugas sebagai organisator, agar dapat menjaga keterarturan yang telah ada, ataupun mewujudkan keteraturan yang belum ada. Dan dalam sebuah organisasi apapun, organisasi tersebut harus memiliki seorang pemimpin. Jadi, sebaiknya kita janganlah enggan untuk memilih pemimpin. Dan organisasi menjadi penting adanya, dikarenakan organisasi dapat berfungsi sebagai jembatan untuk memperjuangkan ide-ide ideal dalam suatu komunitas masyarakat yang menjalani proses kehidupan secara terstruktur.
MH ‘Ainun Najib (Cak Nun) pernah berkata, bahwasannya ketika kita mau memilih apapun, baiknya kita mengetahui hal apapun dari sasaran yang akan kita pilih. Agar nantinya kita dapat mengontrolnya, dan dalam hal memilih, beliau menyarankan agar kita memilih yang dapat kita kontrol. Jika kita tidak mengetahui mengenai hal apapun tentang calon pemimpin yang akan kita pilih, jika dikaitkan dengan pemilihan pemimpin, maka cari tahulah. Dan jika kita merasa tidak dapat mengontrol calon-calon yang akan kita pilih, maka pelajarilah metode-metode maupun strategi-strategi untuk mengontrol calon pemimpin tersebut. Namun, jika tetap tidak dapat mengontrolnya tetapi kita diharuskan untuk memilih, maka pilihlah dengan memohon bantuan kepada Allah agar Allahlah yang nantinya mengontrol pemimpin tersebut. Karena, jika kita tidak mau memilih pemimpin yang nantinya akan memimpin kita, maka bagaimana cara kita agar dapat mengontrol pemimpin tersebut, jika nantinya mereka dzalim? Untuk memilih saja enggan, apalagi mengontrol kebijakan-kebijakannya.
Kemudian muncul sebuah pertanyaan, bagaimana jika kedzaliman para pemimpin terebut telah mengkultur dalam kehidupan kita? Bagaimana cara kita mengatasinya? Jika kita memperjuangkan ide kita dari bawah, dimulai dari diri kita sendiri, maka kita akan dikucilkan, dan bisa jadi kita akan diasingkan. Namun, jika kita memperjuangkan ide kita ketika kita berada di atas yaitu ketika menjadi pemimpin, maka kita akan dilengserkan. Bagaimana caranya?
Kedzaliman yang dilakukan oleh mayoritas pemimpin kita, memang telah menjadi fakta sosial yang telah banyak diketahui oleh mahasiswa/i, menurut Emile Durkheim (1858-1917) dalam the rules of sociological methods dijelaskan bahwasannya karakteristik fakta sosial ada tiga. Pertama, Eksternal (diluar individu), maksudnya fakta sosial ada sebelum individu ada dan akan tetap ada sesudah individu tidak ada. Kedua, Determined (faktor yang menetukan) maksudnya adalah fakta sosiallah yang telah memaksa individu agar sesuai dengannya. Ketiga, General (Keadaan yang umum) maksudnya adalah tersebar luas dalam semua komunitas/masyarakat. (Damsar, 2012: 28) Oleh sebab itulah maka kita akan sangat susah memberantas kedzaliman yang ada pada kampus tercinta kita ini, karena kedzaliman tersebut sudah bukan menjadi ada karena dikerjakan oleh manusia, namun kedzaliman tersebut sudah ada sejak kita belum ada atau bahasa sosiologinya adalah telah menjadi fakta sosial.
Kemudian, bagaimana cara kita menanggulangi hal tersebut, jika kita telah mengetahuinya? Marx (1818-1883) dalam the communist manifesto mengatakan bahwa penyakit yang muncul pada ranah sosial perindividu adalah penyakit “kesadaran palsu” yaitu secara individu kita sadar bahwasannya kita hidup, kita ada, dan butuh untuk mencukupi kebetuhan dalam hidup. Namun, kesadaran mengenai hal-hal tersebut saja sangatlah kurang cukup. Karena dengan menyadari hal-hal tersebut saja, kita tidak akan merdeka dan tidak akan dapat memerdekakan manusia yang lainnya. Kita akan tetap terjebak oleh kerumitan fakta-fakta sosial dalam hidup ini, kita secara tidak langsung juga akan melanjutkan kultur kedzaliman tersebut walaupun tanpa kita sadari.
Jadi, solusi yang solutif untuk membrantas budaya dzalim tersebut adalah dengan cara mengobati penyakit “kesadaran palsu” yang telah mengakar pada diri kita ini. Dan menurut Marx, obat yang manjur untuk mengobati penyakit “kesadaran palsu” tersebut adalah dengan cara pembangunan terhadap sebuah “kesadaran orisinil” yang kita mulai dari diri kita sendiri, formula dari kesadaran orisinil tersebut adalah:
1.    Kita sadar, bahwa kita terjebak dalam kerumitan fakta sosial yang seperti ini dalam keadaan yang tidak sendirian, kita masih memiliki banyak saudara/i kita yang sama-sama mengalami dan merasakan apa yang kita alami dan rasakan.
2.    Jalinlah seebuah komunikasi dengan sesama sahabat/i kita tersebut.
3.    Bentuklah sebuah organisasi, dan bangunlah kekuatan kalian dengan menyatukan ideology.
4.    Kemudian perjuangkan hal apapun yang ingin akhi/ukhti perjuangkan.
Jadi, formulasi dari kesadaran orisinil tersebut terdiri dari rangkaian beberapa kesadaran kritis dan prilaku aktif yang terorganisir. Menurut hemat penulis, solusi yang diberikan oleh Marx tersebut merupakan solusi yang tepat untuk kita, dikarenakan sesuai dengan keadaan sosial yang sedang kita alami saat ini. Kalian boleh kurang setuju dengan solusi yang penulis tawarkan, namun yang ingin penulis bangun disini adalah sebuah kesadaran nilai yang orisinil, kesadaran agar kalian mau mempelajari, dan kesadaran akan rasa ingin memperjuangkan hal-hal yang telah kalian pelajari. Karena, faktor intelektual dalam dunia nyata, tidak dapat dipisahkan dari kekuatan sosial. (Ritzer dan goodman, 2011: 10) Setiap perubahan yang terjadi dalam ranah sosial, pasti diawali oleh proses perubahan kualitas kadar intelektual suatu masyarakatnya. Mari merenung ria, dan selamat berjuang.

MULAILAH DARI DIRIMU
MULAILAH DARI SEKARANG
MULAILAH DARI YANG TERMUDAH DAN TERKECIL.






NB: Kritik dan saran kami tunggu. (085733000348)
Sidoarjo, 23 Januari 2014

0 komentar:

Posting Komentar